
Ekspor Batu Bara PTBA Naik, Saham Direkomendasikan Beli Meski Laba Turun
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan peningkatan volume produksi dan ekspor batu bara sepanjang 2024, meskipun harus menghadapi tekanan penurunan harga jual. Kinerja operasional yang solid menjadi penopang utama perusahaan di tengah menurunnya laba bersih tahun buku 2024.
Bursa Saham
JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan peningkatan volume produksi dan ekspor batu bara sepanjang 2024, meskipun harus menghadapi tekanan penurunan harga jual. Kinerja operasional yang solid menjadi penopang utama perusahaan di tengah menurunnya laba bersih tahun buku 2024.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menjelaskan bahwa volume produksi batu bara perusahaan naik dari 37 juta ton pada 2023 menjadi hampir 42 juta ton pada 2024. Menurutnya, pertumbuhan volume ini cukup signifikan dan menjadi kompensasi dari penurunan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara secara tahunan.
Dalam laporan keuangan konsolidasian yang berakhir per 31 Desember 2024, PTBA membukukan laba bersih sebesar Rp5,1 triliun, turun 16,4% dibandingkan Rp6,1 triliun pada tahun sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan koreksi harga batu bara global. Indeks harga batu bara ICI-3 tercatat turun 12% menjadi US$74,19 per ton, sementara indeks Newcastle terkoreksi 22% menjadi US$134,85 per ton.
- Kendaraan Berbasis Hidrogen Paling Irit, PLN Tawarkan Energi Super Murah
- Hadapi Perang Dagang dengan AS, Inggris Justru Pangkas Tarif Impor
- Transaksi Paylater Kredivo Melonjak Saat Ramadan, Banyak Dipakai untuk Mudik
Meski menghadapi tekanan harga, PTBA tetap optimistis. Arsal menegaskan bahwa operasional perusahaan masih berada dalam kondisi yang sustain. Untuk 2025, perseroan menargetkan produksi hingga 50 juta ton, didukung oleh strategi efisiensi dan perluasan pasar.
Ekspor menjadi salah satu kunci keberhasilan PTBA tahun lalu. Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafli Yandra, menyampaikan bahwa permintaan dari Asia Tenggara dan Asia Selatan, seperti Kamboja dan Bangladesh, mengalami peningkatan signifikan. Negara-negara tersebut tengah mengembangkan infrastruktur pembangkit listrik yang membutuhkan pasokan batu bara.
Sepanjang 2024, volume ekspor PTBA mencapai 20,26 juta ton atau tumbuh 30% secara tahunan. Sementara itu, penjualan domestik naik 6% menjadi 22,64 juta ton. Total penjualan batu bara mencapai 42,89 juta ton, meningkat 16% secara yoy. Dari total penjualan tersebut, 53% diserap pasar domestik dan 47% sisanya diekspor.
Seiring prospek operasional yang masih menjanjikan, saham PTBA mendapat rekomendasi positif dari sejumlah analis sekuritas. Lotus Andalan Sekuritas merekomendasikan beli di kisaran Rp2.700–2.710 per saham, dengan target harga Rp2.830 dan stop loss di Rp2.600.
RHB Sekuritas memberikan rekomendasi trading buy dengan target harga Rp3.100, mengacu pada potensi efisiensi operasional dan pertumbuhan volume penjualan. Indo Premier Sekuritas bahkan menetapkan target agresif, yakni Rp3.500 dalam skenario dasar dan Rp4.300 jika skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) batu bara dijalankan. Skema ini dinilai dapat mendongkrak laba bersih secara signifikan.
Samuel Sekuritas juga menempatkan rating beli pada saham PTBA, dengan target harga Rp3.200. Analis menyoroti kombinasi penjualan domestik dan ekspor yang kuat sebagai fondasi pertumbuhan perusahaan. Meskipun tetap dibayangi risiko volatilitas harga komoditas global dan tantangan dari proyek hilirisasi, saham PTBA dinilai tetap menarik dalam jangka menengah.