<p>Saat ini, karyawan BRI Group  secara keseluruhan berjumlah lebih dari 134.000 orang, di mana mayoritas atau sebanyak 78% didominasi oleh generasi milenial, 16% oleh Gen X, 5% oleh Gen Z, dan 1% oleh Boomers. / BRI</p>
Tren Pasar

Di Balik Koreksi Harga BBRI, Ada Sinyal Beli dari JPMorgan dan Puluhan Analis

  • Harga saham BBRI terkoreksi, namun JPMorgan justru borong besar-besaran. Simak mengapa 31 analis merekomendasikan 'Beli' dengan potensi naik hingga 70%.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA - Koreksi harga pada saham-saham unggulan seringkali menjadi momen yang ditunggu oleh investor jangka panjang. Hal inilah yang tampaknya sedang terjadi pada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), yang pada perdagangan Jumat, 4 Juli 2025, berada di level Rp3.660, sebuah harga yang dinilai menarik oleh banyak pelaku pasar.

Di saat harga sedang terdiskon inilah, raksasa perbankan AS, JPMorgan Chase & Co, justru terdeteksi melakukan aksi beli besar-besaran sepanjang kuartal kedua 2025. Langkah ini menunjukkan adanya keyakinan kuat dari investor institusional global terhadap prospek cerah BBRI di masa depan.

Sinyal beli dari institusi global ini, ditambah dengan rekomendasi positif dari puluhan analis, membuka pertanyaan menarik: Peluang apa yang sebenarnya mereka lihat di tengah harga yang terkoreksi? Mari kita bedah lima poin pentingnya.

1. Harga Terkoreksi, Peluang Muncul

Poin pertama adalah melihat pergerakan harga saat ini sebagai sebuah peluang. Meskipun harga saham BBRI mengalami pelemahan sekitar 10,29% dalam sebulan terakhir, bagi investor berorientasi nilai (value investor), ini justru membuka 'jendela' untuk masuk.

Koreksi ini memberikan kesempatan untuk mengakumulasi saham salah satu bank terbesar di Indonesia dengan fundamental kuat pada harga yang lebih rendah. Ini adalah strategi klasik "buy on weakness" yang sering diterapkan oleh para investor berpengalaman.

Membeli saham blue chip saat harganya sedang tidak populer seringkali menjadi langkah awal untuk meraih keuntungan signifikan di masa depan, ketika pasar kembali mengapresiasi nilai fundamentalnya.

2. Sinyal dari 'Smart Money': Aksi Beli Masif JPMorgan

Keyakinan terhadap prospek BBRI diperkuat oleh aksi yang dilakukan oleh smart money. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa JPMorgan secara masif memborong 117,42 juta lembar saham BBRI sepanjang periode April hingga Juni 2025.

Langkah ini menjadi sangat signifikan karena menandai pembalikan arah strategi JPMorgan. Setelah sebelumnya sempat melakukan penjualan, kini mereka kembali masuk dengan keyakinan penuh, menjadikan total kepemilikan mereka mencapai 1,54 miliar saham.

Aksi akumulasi oleh investor institusional sekaliber JPMorgan seringkali diartikan sebagai sinyal keyakinan yang kuat. Mereka memiliki sumber daya riset yang mendalam dan cenderung berinvestasi untuk jangka panjang, melampaui fluktuasi harga harian.

3. Fondasi Kuat dan Transformasi Digital Jadi Kunci Keyakinan

Lalu, apa yang menjadi dasar keyakinan para investor besar ini? Menurut Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, hal ini mencerminkan adanya kepercayaan pasar (market trust) terhadap fondasi bisnis BRI yang kokoh dan strategi transformasinya yang berjalan baik.

"Meskipun, saat ini saham BBRI sedang mengalami tekanan seiring dengan kondisi pasar, namun secara fundamental masih kokoh, dengan dukungan fondasi bisnisnya yang kuat juga strategi transformasi," kata Reza dalam keterangannya. 

Fokus BRI pada segmen UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi, ditambah dengan kapabilitas digital yang terus meningkat dan manajemen risiko yang prudent, menjadi fondasi yang solid. Investor jangka panjang melihat ini sebagai mesin pertumbuhan yang berkelanjutan.

4. Rekomendasi Analis: Potensi Cuan Puluhan Persen

Prospek saham BBRI didukung oleh konsensus analis yang sangat solid. Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 31 analis memberikan rekomendasi 'Beli' dan 5 merekomendasikan 'Tahan', tanpa ada satupun rekomendasi 'Jual'. Target harga rata-rata 12 bulan ke depan berada di level Rp4.703, sementara target tertingginya bahkan mencapai Rp6.250.

Sebagai gambaran, potensi dari target tertinggi tersebut sangat menarik. Jika modal Rp10 juta diinvestasikan pada harga saat ini (Rp3.660) dan harga berhasil menyentuh level Rp6.250, nilai investasi tersebut berpotensi tumbuh menjadi hampir Rp17 juta, atau memberikan keuntungan lebih dari Rp7 juta (+70%).

5. Prospek Jangka Panjang: Melihat Melampaui Volatilitas Saat Ini

Setelah melihat semua data, pelajaran utamanya adalah pentingnya memiliki visi jangka panjang dan melihat melampaui volatilitas jangka pendek. Sementara harga saham bisa naik-turun karena sentimen sesaat, nilai fundamental sebuah perusahaan adalah jangkar yang sesungguhnya.

Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, juga menegaskan bahwa fokus perusahaan saat ini adalah terus memperkuat fundamental, mulai dari pendanaan, penyaluran kredit berkualitas, hingga kapabilitas digital dan SDM.

Strategi transformasi BRI yang sejalan dengan agenda pembangunan nasional pemerintah juga menjadi penopang keyakinan untuk pertumbuhan di masa depan. Bagi investor, melihat apa yang dilakukan oleh para 'Big Fund' dan analis profesional bisa menjadi panduan untuk tetap tenang dan fokus pada peluang jangka panjang.