arsip-berita-jadi-tumpuan-energi-nasional-pemerintah-kembangkan-tujuh-skema-hilirisasi-batubara-f2heonm.jpg
Tren Ekbis

Dari Nikel Sampai Tuna: Sektor Hilirisasi Dorong Investasi RI Naik 13,6%

  • Semester I-2025, sektor hilirisasi sumbang hampir 30% dari total investasi RI. Fokus utama: nikel, tembaga, sawit, dan peningkatan serapan tenaga kerja.

Tren Ekbis

Debrinata Rizky

JAKARTA – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan capaian realisasi investasi Indonesia sepanjang Semester I-2025 mencapai Rp942,9 triliun. Adapun sektor hilirisasi mencatat investasi sebesar Rp280,8 triliun, atau setara 29,8%.

Sektor ini menunjang realisasi investasi Indonesia sepanjang Semester I-2025 yang mencapai Rp942,9 triliun, tumbuh 13,6% secara tahunan (YoY)dan telah memenuhi 49,5% dari target tahunan sebesar Rp1.905,6 triliun.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani mengatakan jika realisasi investasi di bidang hilirisasi menjadi salah satu motor penggerak utama.

"Hingga Juni 2025, total realisasi investasi sektor hilirisasi tercatat sebesar Rp280,8 triliun, atau setara 29,8% dari total investasi semester I," katanya dalam Capaian Kinerja Investasi dan Hilirisasi semester I-2025 di Kementerian Investasi dan Hilirisasi pada Selasa, 29 Juli 2025.

Rosan menyebut, nilai realisasi hilirisasi tersebut melonjak 54,8% secara tahunan (YoY), mencerminkan fokus pemerintah dalam mendorong nilai tambah industri dalam negeri.

Realisasi Hilirisasi per Sektor

Rosan menjelaskan sektor hilirisasi mineral menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi Rp193,8 triliun, terutama dari industri nikel Rp94,1 triliun, tembaga Rp40 triliun, bauksit Rp27,7 triliun, besi baja Rp1,5 triliun, dan timah Rp3,5 triliun dan lainnya di Rp7 triliun.

Disusul kehutanan dan perkebunan senilai Rp67,4 triliun pada komoditas kelapa sawit, kayu log dan karet. Sementara untuk bidang hilirisasi di minyak dan gas (migas) Rp17,3 triliun, serta perikanan dan kelautan Rp2,3 triliun meliputi komoditas garam, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rumput laut dan rajungan hingga tilapia.

Jika dilihat berdasarkan daerah, Provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara tercatat sebagai tujuan utama investasi hilirisasi, masing-masing mencapai Rp55,4 triliun dan Rp33,9 triliun. Disusul Jawa Barat, Jawa Timur dan NTB.

Serapan Kerja di Semester I-2025

Tak hanya tumbuh secara nilai, investasi diklaim memberikan dampak signifikan bagi penyerapan tenaga kerja. Sepanjang Semester I-2025, tercatat sebanyak 1.259.868 tenaga kerja lokal berhasil diserap dari proyek-proyek investasi di seluruh Indonesia.

Angka ini meningkat dibanding semester sebelumnya, menandakan semakin kuatnya kontribusi sektor riil terhadap penciptaan lapangan kerja.

Realisasi investasi juga menunjukkan pemerataan secara geografis. Sebanyak Rp466,9 triliun atau 49,5% dialokasikan di Pulau Jawa, sementara Rp476 triliun atau 50,5% menyasar wilayah luar Jawa.

Baca Juga: Indonesia Pimpin Produksi Sawit Dunia, Tapi Keuntungannya ke Mana?

Adapun Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sulawesi Tengah menjadi tiga provinsi dengan kontribusi investasi terbesar selama enam bulan pertama 2025.

Di sisi sumber modal, Singapura masih memimpin sebagai negara investor terbesar dengan nilai investasi US$8,8 miliar, disusul Hong Kong US$4,6 miliar, Tiongkok US$3,6 miliar, Malaysia US$1,7 miliar, dan Jepang US$1,6 miliar.

Pemerintah menyebut capaian ini sebagai sinyal positif bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi yang menarik bagi investor, khususnya di sektor berkelanjutan dan hilirisasi sumber daya alam. “Fokus berikutnya adalah menjaga momentum pertumbuhan dan memastikan dampak ekonomi dapat dirasakan merata oleh tenaga kerja lokal,” ujar Rosan.