
Dari Laut ke Listrik Hijau: 4 Pulau untuk Aceh, 1 Mimpi untuk Generasi Baru
- Aceh menyimpan cadangan panas bumi sebesar 1.865 megawatt, terbesar di Indonesia. Namun baru 10% yang dimanfaatkan. Seiring tren global menuju dekarbonisasi dan kebutuhan data center ramah lingkungan, Aceh berpeluang menjadi pusat energi bersih untuk kawasan ASEAN.
Tren Global
BANDA ACEH - Setelah bertahun-tahun menjadi sengketa administratif, empat pulau strategis di perbatasan Aceh dan Sumatra Utara resmi kembali ke pangkuan Provinsi Aceh.
Keputusan diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dalam rapat virtual bersama kedua gubernur pada 17 Juni 2025. Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, Lipan, dan Panjang kini sah menjadi bagian dari Aceh. Empat pulau yang dikembalikan terletak di kawasan perairan kaya biodiversitas dan masuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
"Presiden Prabowo Subianto menetapkan bahwa empat pulau yang selama ini menjadi pembahasan antara Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara secara resmi menjadi bagian dari wilayah Provinsi Aceh," tulis keterangan resmi Sekretariat Kabinet, dikutip Rabu, 18 Juni 2025.
Aceh sendiri punya potensi ekonomi kelautan yang sangat besar. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi tangkapan laut wilayah Aceh mencapai 1,2 juta ton per tahun.
Namun pemanfaatannya baru sekitar 35%. Peluang besar muncul dari sektor ekspor seafood, budidaya rumput laut bernilai tambah, hingga ekowisata bawah laut yang berkonsep konservasi.
- Erupsi Gunung Lewotobi, Tunda Liburanmu ke Labuan Bajo
- Minyak Naik, Saham EBT Bisa jadi 'Hidden Gem' Baru di Bursa
- BRI Tegaskan Komitmen Zero Tolerance terhadap Fraud Usai Kasus Kredit Fiktif di Unit Kebon Baru
Energi Hijau Aceh: Terbesar Nasional, Baru Tersentuh 10%
Aceh menyimpan cadangan panas bumi sebesar 1.865 megawatt, terbesar di Indonesia. Namun baru 10% yang dimanfaatkan. Seiring tren global menuju dekarbonisasi dan kebutuhan data center ramah lingkungan, Aceh berpeluang menjadi pusat energi bersih untuk kawasan ASEAN.
Kawasan Industri Hijau Lhokseumawe diproyeksikan menyerap 5.000 tenaga muda di bidang teknik dan energi terbarukan. Aceh juga berpotensi mengekspor listrik hijau ke Malaysia dan Singapura, serta mengembangkan pusat pelatihan digital untuk teknisi geothermal dan manajemen energi berbasis IoT dan AI.
Kaya Minyak Bumi
Aceh dikenal sebagai salah satu daerah kaya sumber daya alam, khususnya minyak dan gas bumi. Pada Kuartal I 2025, produksi minyak bumi di Aceh mencapai 2.177 barel per hari (BOPD), melampaui target yang ditetapkan WKS Aceh sebesar 1.665 BOPD.
Sementara itu, produksi gas bumi juga menunjukkan kinerja positif, yakni sebesar 90,89 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), melebihi target 78,33 MMSCFD.
Hingga September 2024, total lifting minyak Aceh tercatat sebesar 1.002.987 barrel, yang berasal dari tiga wilayah utama, Aceh Tamiang (519.355 barrel, dikelola oleh Pertamina EP), Aceh Utara (519.355 barrel, dikelola oleh Pema Global Energi), dan Aceh Timur (236.344 barrel, dikelola oleh Medco Energi Malaka).
Melihat fakta tersebut, Aceh menjadi salah satu kontributor penting dalam sektor migas nasional, sekaligus menyimpan potensi besar untuk eksplorasi dan pengembangan lebih lanjut.
- Erupsi Gunung Lewotobi, Tunda Liburanmu ke Labuan Bajo
- Minyak Naik, Saham EBT Bisa jadi 'Hidden Gem' Baru di Bursa
- BRI Tegaskan Komitmen Zero Tolerance terhadap Fraud Usai Kasus Kredit Fiktif di Unit Kebon Baru
Kopi Gayo dan Kakao: Aset Global, Potensi Lokal
Kopi Gayo menjadi salah satu komoditas unggulan Aceh, dengan total produksi mencapai 65.000 ton per tahun dan nilai ekspor sekitar US$120 juta. Namun, 70% kopi masih dijual mentah sebagai green bean, bukan produk olahan bernilai tinggi.
Hal serupa terjadi pada kakao Aceh varietas trinitario, yang bernilai hingga US$12.000 per ton di pasar premium Eropa, tapi hanya 5 persen yang dijual dalam bentuk olahan berkualitas tinggi.
Dengan pelatihan bisnis dan dukungan digitalisasi, generasi muda Aceh berpotensi mendorong lahirnya startup olahan kopi dan cokelat seperti bean-to-bar, craft chocolate tours, atau subscription fair-trade coffee yang menyasar pasar internasional.
SDM Melimpah, Tapi Tantangan Berat
Bonus demografi menjadi kekuatan utama Aceh. Sekitar 65% penduduknya berusia di bawah 30 tahun. Namun tantangannya besar, pengangguran usia muda menyentuh 25 persen, tertinggi di Indonesia, dan hanya 8% UMKM yang sudah go digital.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Aceh berada di angka 71,2, peringkat ke-22 nasional, menunjukkan perlunya peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, 12% lulusan perguruan tinggi masih menganggur.
Meski potensinya besar, Aceh masih menghadapi hambatan struktural. Sengketa lahan pasca-konflik eks-GAM menghambat sekitar 40% proyek energi baru dan terbarukan. Infrastruktur internet cepat juga belum merata, hanya menjangkau 48% desa.
Selain itu, budaya ekspor mentah dan minimnya insentif riset membuat inovasi industri olahan sulit berkembang.