Boy group K-Pop, RIIZE.
Tren Leisure

Dari Emotional Pop hingga Baby Rock, Cara Baru Grup K-pop Ciptakan Genre Musik Sendiri

  • Seiring meningkatnya persaingan di pasar idola K-pop yang semakin padat, tren baru mulai muncul, di mana grup-grup K-pop menciptakan dan menamai genre musik mereka sendiri sebagai strategi untuk tampil beda.

Tren Leisure

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Seiring meningkatnya persaingan di pasar idola K-pop yang semakin padat, tren baru mulai muncul, di mana grup-grup K-pop menciptakan dan menamai genre musik mereka sendiri sebagai strategi untuk tampil beda.

Genre yang didefinisikan sendiri ini kini menjadi pendekatan yang kian populer untuk membangun identitas musik yang unik sekaligus memperkuat loyalitas penggemar.

Dalam beberapa tahun terakhir, idol grup generasi keempat berupaya membedakan diri mereka melalui alam semesta fiksi dan alur cerita yang kompleks. Konsep naratif ini tidak hanya menjadi alat branding yang khas, tetapi juga sarana untuk melibatkan penggemar lebih dalam lewat cerita, karakter, dan visualisasi yang mendalam.

Namun, tren membangun dunia fiksi secara imersif mulai kehilangan daya tariknya. Seiring meningkatnya popularitas musik yang mudah didengar di industri musik secara umum, minat terhadap konsep musik yang berat akan cerita dan mitologi pun mulai menurun.

Kejenuhan pasar, ditambah dengan rasa lelah terhadap alur cerita yang terlalu rumit, mendorong industri untuk mencari cara baru dalam membedakan setiap grup.

Genre yang Didefinisikan Sendiri

Dilansir dari The Korea Times, dengisi kekosongan tren sebelumnya, idol group generasi kelima mulai menetapkan gaya musik mereka sendiri sejak awal dan memasarkan suara mereka sebagai genre yang unik.

Dua contoh terdepan adalah RIIZE dan TWS, yang masing-masing memperkenalkan istilah “emotional pop” dan “boyhood pop” untuk menggambarkan identitas musikal mereka.

“Emotional pop” milik RIIZE menonjolkan pendekatan penceritaan yang jujur dan personal, musik yang merekam perjalanan mereka menuju kedewasaan. Konsep “real-time odyssey” mereka mencerminkan proses pertumbuhan para anggota, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan grup.

Di sisi lain, TWS menciptakan istilah “boyhood pop” untuk menggambarkan warna musik mereka yang segar dan penuh nuansa emosional, terinspirasi dari momen-momen sehari-hari. Musik mereka yang lembut namun bersemangat semakin menegaskan citra muda dan membentuk identitas suara yang konsisten.

Grup-grup lain pun mulai mengikuti tren ini. NOWADAYS, yang kini berganti nama menjadi NOWZ, memperkenalkan gaya khas mereka yang disebut “days pop.” Terinspirasi dari nama mereka, “days pop” merujuk pada musik yang lintas genre dan dirancang untuk menghadirkan kenyamanan serta resonansi emosional bagi pendengar, sekaligus melepaskan diri dari batasan genre konvensional.

Grup pendatang baru pun turut merespons tren ini. BabyDONTCry, girl group rookie yang debut bulan lalu, memperkenalkan gaya bernama “baby rock,” sebuah pendekatan musik yang ceria namun tetap emosional, mencerminkan visual mereka yang cerah serta pesan utama mereka tentang kepercayaan diri dan ketulusan.

Identitas Genre di Luar Label Resmi

Beberapa grup memang tidak secara resmi menamai genre mereka, namun tetap berhasil membangun identitas musik yang khas dan konsisten.

Salah satunya adalah girl group ILLIT, yang sejak awal telah mengeksplorasi perpaduan berbagai genre, mulai dari pop, R&B, vokal scat, hingga unsur French house. Suara mereka yang unik, dreamy, dan quirky mencerminkan selera khas Gen Z, sekaligus membantu mereka menemukan tempat tersendiri di tengah ketatnya persaingan industri K-pop.