
Dari Buruh Pabrik, Inilah Kisah Presiden Baru Korea Selatan Lee Jae Myung
- Lee Jae Myung, 60 tahun, kandidat dari Partai Demokrat yang berhaluan tengah-kiri, meraih kemenangan telak setelah sebelumnya kalah tipis dalam pemilu 2022. Perjalanannya dari bekerja di pabrik dengan kondisi berat hingga akhirnya terpilih sebagai presiden Korea Selatan telah menarik perhatian banyak orang.
Tren Inspirasi
JAKARTA – Presiden baru Korea Selatan dari partai liberal, Lee Jae Myung, berjanji pada Rabu, 4 Juni 2025, untuk mengangkat kembali negara yang hampir hancur akibat upaya pemberlakuan hukum militer dan menghidupkan kembali ekonomi yang terancam oleh proteksionisme global yang membahayakan keberadaannya.
Kemenangan meyakinkan Lee dalam pemilihan cepat pada Selasa, 3 Juni 2025, diperkirakan akan membawa perubahan besar bagi ekonomi terbesar keempat di Asia ini, setelah reaksi keras terhadap upaya pemberlakuan pemerintahan militer yang gagal menjatuhkan Yoon Suk Yeol hanya dalam tiga tahun masa kepresidenannya yang penuh masalah.
Sebelum peristiwa 3 Desember 2024, jalan Lee Jae-myung menuju kursi kepresidenan Korea Selatan penuh dengan berbagai rintangan.
Berbagai kasus hukum yang masih berjalan, penyelidikan atas tuduhan korupsi, serta dugaan penyalahgunaan kekuasaan tampak akan menggagalkan upaya Lee yang sebelumnya merupakan pemimpin oposisi itu untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden.
Namun, sebuah krisis konstitusional mengubah segalanya.
Pada malam itu, upaya gagal mantan presiden Yoon Suk Yeol untuk memberlakukan hukum darurat memicu rangkaian peristiwa yang membuka jalan bagi Lee.
Tepat enam bulan kemudian, rakyat Korea Selatan memberikan kemenangan kepada kandidat dari Partai Demokrat liberal ini, yang meniti kariernya dari pekerja pabrik remaja hingga meraih jabatan tertinggi di negeri itu.
Lee memang diperkirakan akan menang menjelang pemilu, dan rintangan terakhirnya hilang setelah kandidat dari partai yang berkuasa mengakui kekalahan pada dini hari setelah hari pemilihan.
Lee Jae Myung, 60 tahun, kandidat dari Partai Demokrat yang berhaluan tengah-kiri, meraih kemenangan telak setelah sebelumnya kalah tipis dalam pemilu 2022. Perjalanannya dari bekerja di pabrik dengan kondisi berat hingga akhirnya terpilih sebagai presiden Korea Selatan telah menarik perhatian banyak orang.
Dari Awal yang Sederhana Menuju Kursi Kepresidenan
Dilansir dari BBC, kisah hidup Lee yang berawal dari kesederhanaan, dipadukan dengan gaya politik yang tegas, menjadikannya sosok yang memicu perdebatan di Korea Selatan.
“Perjalanan hidup Lee Jae Myung penuh dengan pasang surut, dan dia sering melakukan tindakan yang menimbulkan kontroversi,” ujar Dr. Lee Jun-han, profesor ilmu politik dan studi internasional di Universitas Nasional Incheon, kepada BBC.
Tindakan-tindakan tersebut biasanya meliputi upaya reformasi progresif, seperti janji dalam kampanye presidennya tahun 2022 untuk menerapkan skema pendapatan dasar universal, yang menantang struktur kekuasaan dan status quo yang ada di Korea Selatan.
“Karena itulah, sebagian orang sangat mendukungnya, sementara yang lain merasa tidak percaya atau bahkan membencinya,” kata Dr. Lee.
“Dia adalah sosok yang sangat kontroversial dan tidak konvensional, benar-benar seorang outsider yang menorehkan namanya dengan cara yang tidak sesuai dengan norma tradisional Partai Demokrat.”
Namun dalam kampanye kali ini, Lee bergerak lebih ke arah tengah, dengan fokus pada dunia bisnis besar dan menekankan pentingnya hubungan dengan Amerika Serikat menjelang negosiasi perdagangan dengan Presiden Donald Trump.
Dalam sebuah memoar terbaru, Lee menggambarkan masa kecilnya sebagai penuh penderitaan.
Lahir pada 8 Desember 1963 di sebuah desa pegunungan di Andong, Provinsi Gyeongbuk, ia merupakan anak kelima dari lima saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Karena kondisi keluarga yang sulit, Lee melewatkan sekolah menengah dan secara ilegal masuk ke dunia kerja.
Sebagai pekerja pabrik muda, Lee mengalami kecelakaan kerja di mana jarinya terlilit sabuk tenaga pabrik, dan pada usia 13 tahun mengalami cedera permanen di lengannya setelah pergelangan tangannya tergencet oleh mesin pres di pabrik sarung tangan bisbol.
Selain mengalami luka fisik, Lee juga menghadapi perundungan di lingkungan kerja. Ia bahkan pernah dua kali mencoba bunuh diri. Namun, semangat dan tekadnya untuk terus berjuang tidak pernah pudar. Ia mengikuti ujian kesetaraan agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti.
Berkat kegigihannya, Lee diterima di Universitas Chung-Ang dengan beasiswa penuh. Pada tahun 1986, ia berhasil lulus ujian negara dan resmi menjadi seorang pengacara.
Lee bekerja sebagai pengacara hak asasi manusia selama hampir dua dekade sebelum terjun ke dunia politik pada 2005 dengan bergabung ke Partai Uri yang bersifat sosial-liberal, pendahulu Partai Demokrat Korea dan partai yang berkuasa saat itu.
Meski latar belakang kemiskinannya sering dicemooh oleh kalangan kelas atas Korea Selatan, keberhasilan Lee membangun karier politiknya dari bawah membuatnya mendapat dukungan dari pemilih kelas pekerja dan mereka yang merasa tersisih oleh elit politik.
Ia terpilih menjadi wali kota Seongnam pada 2010 dan meluncurkan serangkaian kebijakan kesejahteraan gratis selama masa jabatannya. Pada 2018, ia menjadi gubernur Provinsi Gyeonggi.
Lee kemudian mendapat pujian atas responsnya terhadap pandemi Covid-19, meski sempat bentrok dengan pemerintah pusat karena ia bersikeras memberikan bantuan universal bagi seluruh penduduk provinsi tersebut.
Lee pernah mengikuti pemilihan presiden tahun 2017, namun gagal setelah kalah dalam konvensi partai dari Moon Jae In. Ia kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2022, tetapi mengalami kekalahan tipis dari Yoon Suk Yeol.
Meski begitu, Lee tetap melanjutkan kiprahnya di dunia politik. Ia berhasil terpilih sebagai anggota parlemen dan menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat Korea (DPK) pada tahun 2022.
Sepanjang karier politiknya, Lee kerap diterpa kontroversi. Ia pernah terlibat dalam sejumlah kasus hukum, termasuk dugaan penyalahgunaan wewenang dan korupsi dalam skandal proyek pengembangan lahan Daejang-dong.
Ia juga dikaitkan dengan dugaan suap yang melibatkan klub sepak bola Seongnam FC. Meskipun belum ada keputusan hukum yang bersifat final, proses penyelidikan terhadap kasus-kasus tersebut masih terus berlangsung hingga kini.
Di awal tahun 2024, Lee mengalami insiden penusukan saat menghadiri sebuah acara publik di Busan. Ia menderita luka parah di bagian leher dan memerlukan perawatan intensif. Peristiwa tersebut justru memicu gelombang simpati dari masyarakat dan turut mendorong peningkatan popularitasnya menjelang pemilihan umum tahun 2025.
Bicara soal gaji, dilansir Korea JooAng Daily, penetapan gaji Presiden Korea Selatan dilakukan berdasarkan keputusan amandemen peraturan mengenai kompensasi dan tunjangan pegawai negeri sipil untuk tahun 2025.
Keputusan ini telah mendapatkan persetujuan dari kementerian dalam rapat Kabinet yang berlangsung pada 31 Desember 2024. Sebagai presiden, Lee Jae Myung akan menerima gaji sebesar 262 juta won, yang setara dengan sekitar Rp3,2 miliar.