
Danantara University: Peluang atau Ancaman Baru bagi PTS?
- Di tengah lahirnya Danantara University, ketimpangan antara kampus negara dan PTS makin terasa. Ribuan PTS masih menghadapi beban tanpa dukungan memadai.
Tren Ekbis
JAKARTA – Pemerintah menegaskan transformasi BUMN tak lagi hanya soal laba besar dan kinerja finansial semu, melainkan mencetak pemimpin-pemimpin unggul dengan integritas dan visi jangka panjang.
Melalui pendirian Danantara University, negara berupaya menyiapkan institusi pendidikan tinggi yang dirancang khusus untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia di lingkungan BUMN dan sektor publik.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sekaligus CEO Danantara Rosan P. Roeslani mengungkapkan dalam pertemuan bersama para CEO dan Direktur Human Capital BUMN baru-baru ini, Presiden Prabowo menekankan pentingnya paradigma baru dalam pengelolaan perusahaan negara.
“Aset terbesar bangsa ini adalah manusianya. Kita harus fokus mencetak pemimpin yang tak sekadar cari profit tinggi, tapi profit yang berkualitas dan hasil dari performa operasional nyata. Bukan dari rekayasa keuangan,” kata Rosan saat ditemui di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM pada Selasa, 29 Juli 2025.
Hadirnya Danantara University dinilai Rosan menandai babak baru dalam penataan tata kelola dan pertanggungjawaban BUMN. Era “buku dipercantik” lewat financial engineering dinyatakan berakhir. Laporan kinerja harus menggambarkan kondisi apa adanya.
Danantara University Solusi di Tengah Ketimpangan Ekosistem Pendidikan?
Sebelumnya, ada tantangan sistemik yang dihadapi ekosistem pendidikan tinggi nasional, khususnya di sektor perguruan tinggi swasta (PTS). Saat ini, PTS menyumbang lebih dari 70% dari total institusi pendidikan tinggi di Indonesia, dan melayani lebih dari 4,4 juta mahasiswa.
Meski menjadi tulang punggung sistem pendidikan tinggi, posisi strategis PTS belum mendapatkan dukungan regulatif dan afirmatif yang cukup dari negara. Banyak PTS menghadapi tekanan berat, Hal itu mulai dari ketimpangan akses mahasiswa, beban akreditasi yang rumit, lemahnya pendanaan, sampai kesenjangan kualitas SDM dan tata kelola.
Akankah Danantara hadir dengan pendekatan berbeda untuk menjawab kebutuhan spesifik sektor strategis nasional? Yang jelas, Rosan menyebut fokusnya kampusnya adalah pengembangan kepemimpinan di lingkungan BUMN dan sektor layanan publik melalui pembelajaran yang berbasis praktik lapangan dan tantangan nyata organisasi.
Pemerintah memahami bahwa untuk membangun perusahaan negara yang berkelas dunia, kualitas SDM adalah pondasinya. Lewat Danantara University, Indonesia tak hanya membentuk manajer atau profesional, tetapi calon-calon pemimpin yang mampu membawa BUMN ke panggung global dengan kinerja sehat dan akuntabel.
Sebelumnya kabar hadirnya Danantara University dikatakan oleh Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir. Pandu mengatakan , Danantara pun menggandeng sembilan kampus top dunia untuk mengembangkan perguruan tinggi yang dikelolanya.
Tiga kampus di antaranya adalah Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat (AS), Universitas Tsinghua di Beijing, China, dan Universitas Stanford di AS. Terkait bidang ilmu, Universitas Danantara fokus pada pengembangan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), engineering, serta human resources (HR).
Untuk pengembangan artificial intelligence, Pandu menyebut Universitas Danantara bekerja sama dengan Universitas Tsinghua. Kampus asal Tiongkok itu memiliki pusat penelitian dan program AI yang sangat diminati, berfokus pada machine learning, big data, dan computer vision.
Sektor Penunjang Investasi Semester I-2025
Diketahui, pemerintah mencatat realisasi investasi Indonesia sepanjang Semester I-2025 mencapai Rp942,9 triliun, tumbuh 13,6% secara tahunan (YoY)dan telah memenuhi 49,5% dari target tahunan sebesar Rp1.905,6 triliun.
Rosan P. Roeslani mengungkapkan dari capaian tersebut menyerap tenaga kerja mencapai 1.259.868 orang. Jika dibedah secara sektoral, industri logam dasar, transportasi, dan pertambangan menjadi sektor penyerap tenaga kerja dan modal terbesar senilai Rp134,4 triliun atau 14,3%. Disusul transportasi, gudang dan telekomunikasi di angka Rp110,7 triliun.
Posisi ketiga ada subsektor pertambangan yang meraih realisasi sebesar Rp102,2 triliun disusul jasa lainnya dan Perumahan, Kawasan Industri, Perkantoran masing-masing Rp85,7 triliun dan Rp75 triliun.