<p>Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Tren Pasar

Cuan Gila di Saham ANTM dan ARCI Ratusan Persen, Masih Berani Serok?

  • Mengupas tuntas kinerja saham multibagger ANTM dan ARCI. Pelajari faktor pendorong, risiko profit taking, dan perbandingan fundamental kedua saham komoditas ini.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA - Istilah "saham multibagger" belakangan ini sering terdengar di kalangan investor. Ini tidak terlepas dari dua kinerja saham tambang dan produsen emas, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang memberikan cuan gila kepada pemegang sahamnya hanya dalam kurun waktu dua bulan. 

Sebagai gambaran, taruhlah memasukan modal Rp10 juta pada saham ARCI di bulan April 2025 saat harganya masih Rp248. Kini, pada perdagangan Jumat, 4 Juli 2025, modal tersebut bisa bertumbuh menjadi lebih dari Rp23,7 juta, memberikan keuntungan fantastis +137,90%. Inilah daya tarik luar biasa dari saham-saham 'multibagger'.

Sementara itu, saham ANTM juga tak kalah impresif. Dengan skenario modal yang sama, investasi yang dilakukan saat harganya Rp1.400 pada bulan April 2025, kini bisa bernilai lebih dari Rp21,5 juta, atau setara cuan +116,43%. Kinerja inilah yang membuat banyak investor memburu saham-saham seperti ini.

Namun, pertanyaan besarnya adalah: bagi yang sudah ketinggalan kereta, apakah saham ANTM dan ARCI yang telah naik puluhan persen secara year to date, masih punya ruang dan prospek untuk terus naik? Atau justru sudah terlalu mahal dan berisiko?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, analis dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, memberikan pandangannya. Menurutnya, emiten multibagger seperti ANTM dan ARCI memang masih memiliki peluang untuk tetap stabil, atau bahkan melanjutkan penguatan hingga akhir tahun 2025. Mari kita bedah enam poin penting dari analisisnya

1. Apa Itu Saham 'Multibagger' dan Kenapa Jadi Incaran?

Pertama, kita samakan dulu persepsi. Saham "multibagger" adalah istilah keren untuk saham yang harganya sudah naik berkali-kali lipat, bisa 100%, 200%, atau bahkan lebih dalam periode waktu tertentu. Istilah ini dipopulerkan oleh investor legendaris, Peter Lynch.

Saham-saham ini tentu menjadi incaran karena potensi keuntungannya yang luar biasa. Siapa yang tidak mau memiliki saham yang nilainya bisa berlipat ganda? Namun, risikonya juga sepadan, karena saham yang sudah naik tinggi seringkali lebih volatil.

Tantangannya adalah menemukan apakah kenaikan fantastis ini masih bisa berlanjut, atau hanya akan menjadi pesta yang sudah usai. Inilah yang coba dianalisis oleh para profesional di pasar modal.

2. Rahasia di Balik Kinerja 'Gacor' Para Multibagger

Menurut Audi, kenaikan saham-saham ini bukan sekadar 'gorengan' tanpa fundamental. Kinerja mereka didukung oleh dua sentimen utama: aksi ekspansi bisnis yang agresif dan kinerja keuangan yang tumbuh signifikan.

Ia mencontohkan beberapa emiten yang laba bersihnya meroket pada Kuartal I-2025. Misalnya, laba bersih ARCI terbang 356%, WIFI tumbuh 181%, ANTM melesat 794%, dan ANJT naik 246% secara tahunan (year-on-year).

Angka-angka ini menunjukkan bahwa di balik kenaikan harga sahamnya, ada pertumbuhan bisnis nyata yang menjadi bahan bakarnya. Ini bukan sekadar spekulasi, melainkan cerminan dari fundamental perusahaan yang solid.

3. Bukan Cuma Hoki: Peran Harga Komoditas di Balik Cuan

Untuk saham-saham tertentu, ada faktor eksternal yang ikut menjadi "dewa penolong", yaitu harga komoditas global. Saham seperti ANTM (produsen nikel dan emas) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang juga produsen emas  sangat diuntungkan dari solidnya harga komoditas.

Audi secara spesifik menyoroti prospek harga emas. "Kami memperkirakan harga emas akan bergerak dalam rentang level US$3.200−U$3.500 per troy ounce di semester II-2025," katanya dalam keterangannya dikutip pada Jumat, 4 Juli 2025.

Logikanya sederhana: jika harga jual produk mereka di pasar dunia tinggi, maka pendapatan dan laba perusahaan juga akan ikut terkerek naik. Inilah yang memberikan sentimen positif berkelanjutan bagi saham-saham di sektor komoditas.

4. Awas 'Angin Kencang': Risiko Profit Taking dan Gejolak Global

Meskipun prospeknya terlihat cerah, analis juga memberikan warning atau peringatan. Ada risiko terjadinya "normalisasi harga", sebuah istilah halus untuk potensi harga saham turun kembali ke level yang lebih wajar.

Penyebab utamanya adalah aksi ambil untung atau profit taking. Investor yang sudah untung besar mungkin akan mulai menjual sahamnya untuk merealisasikan keuntungan, yang tentunya akan menekan harga saham.

Risiko profit taking ini bisa semakin besar jika terjadi gejolak ekonomi global atau ketidakpastian pasar meningkat. Dalam kondisi seperti itu, investor cenderung akan menjual aset-aset berisiko, termasuk saham yang sudah naik tinggi.

5. Analis Kasih 'Bocoran' Saham Pilihan, Berapa Potensi Cuannya?

Di tengah prospek dan risiko tersebut, Kiwoom Sekuritas memberikan dua nama saham dari jajaran multibagger yang mereka rekomendasikan untuk "Trading Buy". Rekomendasi ini biasanya untuk jangka pendek hingga menengah dengan harapan harga akan mencapai target tertentu.

Saham pilihan pertama adalah ANTM. Pada perdagangan Jumat, 4 Juli 2025, harga ANTM berada di level Rp3.040 per saham. Artinya, untuk berinvestasi sebanyak 50 lot (5.000 lembar) dibutuhkan modal sekitar Rp15,2 juta. Dengan target harga analis di Rp3.250, potensi keuntungan dari modal tersebut adalah sekitar Rp1.050.000.

Pilihan kedua adalah ARCI, yang pada hari yang sama berada di harga Rp590 per saham. Untuk membeli 50 lot, modal yang diperlukan adalah sekitar Rp2,95 juta. Jika harga berhasil mencapai target analis di Rp740, maka potensi keuntungan yang bisa didapat dari investasi tersebut adalah Rp750.000.

6. Beda Gaya Investasi: Bongkar 'Rapor' ANTM vs ARCI

Meskipun sama-sama direkomendasikan, saham ANTM dan ARCI punya karakter yang sangat berbeda. Memahaminya bisa membantu kita memilih mana yang paling cocok dengan profil risiko kita.

ANTM bisa dibilang ibarat siswa teladan yang stabil dan aman. Valuasinya lebih murah (PER 13,53x), rajin bagi dividen (yield 4,10%), dan kondisi keuangannya sangat sehat dengan utang yang rendah (DER 0,40x). Sisi minusnya hanya di arus kas yang masih negatif.

ARCI, di sisi lain, lebih seperti 'anak gaul' yang jago jualan tapi berisiko tinggi. Margin keuntungannya sangat tebal, menandakan bisnisnya efisien. Tapi, valuasi sahamnya sudah tergolong mahal (PER 37,03x), belum bagi dividen, dan yang paling penting, tingkat utangnya sangat tinggi (DER 2,11x).

Jadi, pilihannya kembali ke gaya investasimu. ANTM cocok untuk yang mencari kestabilan, dividen, dan keamanan finansial. Sebaliknya, ARCI lebih pas untuk investor spekulatif yang mengejar potensi dari margin laba tinggi, namun harus siap dengan risiko valuasi mahal dan utang besar.