
Cilegon dan Proyek-Proyek Industri Raksasa: Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Tantangan Tata Kelola
- Transformasi Cilegon sebagai kota industri bukanlah hal baru. Dimulai pada 1962 dengan pembangunan Pabrik Baja Trikora—cikal bakal PT Krakatau Steel—kawasan rawa ini perlahan menjelma menjadi pusat industri baja terbesar di Indonesia. Sejak itu, berbagai proyek strategis terus bergulir, mengukuhkan Cilegon sebagai tulang punggung industrialisasi nasional.
Nasional
JAKARTA - Kota Cilegon, yang sejak lama dikenal sebagai “Kota Baja”, kini kembali menjadi sorotan publik setelah munculnya dugaan pelanggaran prosedur dalam pengadaan proyek infrastruktur senilai Rp5 triliun. Peristiwa tersebut membuka kembali diskursus tentang pentingnya tata kelola yang transparan di tengah derasnya arus investasi industri di kawasan ini.
Pada 9 Mei 2025, sebuah video memperlihatkan perwakilan perusahaan asal China, Chengda Engineering Co., Ltd. (CCE), hadir dalam audiensi bersama para pengusaha lokal yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon.
Dalam pertemuan itu, para pengusaha secara terang-terangan meminta jatah proyek infrastruktur publik senilai Rp5 triliun kepada PT Chandra Asri Alkali (CAA) tanpa melalui mekanisme tender resmi.
Kejadian tersebut memicu sorotan publik dan akhirnya membuat Polda Banten turun tangan melakukan penyelidikan terkait dugaan pelanggaran prosedur tender dan praktik percaloan proyek strategis nasional (PSN).
- ITMG Bukukan Laba Naik di Kuartal I-2025, Intip Rekomendasi Sahamnya
- Optimisme Ekonomi Global Bangkit, Wall Street Melonjak setelah Sinyal Damai Dagang AS-China
- Sembilan Emiten Cum Dividen Pekan Ini, Berikut Daftar dan Jadwalnya
Cilegon dan Jejak Proyek Industri Skala Raksasa
Transformasi Cilegon sebagai kota industri bukanlah hal baru. Dimulai pada 1962 dengan pembangunan Pabrik Baja Trikora—cikal bakal PT Krakatau Steel—kawasan rawa ini perlahan menjelma menjadi pusat industri baja terbesar di Indonesia. Sejak itu, berbagai proyek strategis terus bergulir, mengukuhkan Cilegon sebagai tulang punggung industrialisasi nasional.
Beberapa tonggak proyek besar antara lain:
1. Krakatau Steel: Raksasa Baja Nasional
Profil Proyek:
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, BUMN yang berdiri sejak 1970, merupakan pionir dan produsen baja terbesar di Indonesia. Terletak di kawasan industri Cilegon, Krakatau Steel menjadi tulang punggung industri baja nasional.
Skala Produksi:
- Kapasitas produksi baja mencapai 3,15 juta ton per tahun .
- Fokus pada produk baja lembaran panas (hot rolled coil), baja lembaran dingin (cold rolled coil), dan baja pelat.
Anak Usaha Strategis:
- Krakatau Posco: Joint venture dengan Posco Korea Selatan senilai USD 2,66 miliar, memproduksi 3 juta ton slab baja per tahun .
- Krakatau Daya Listrik: Menyediakan listrik untuk kawasan industri Cilegon.
- Krakatau Tirta Industri: Penyedia utama air industri.
Dampak Ekonomi:
- Menyerap ribuan tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
- Mendukung industri hilir seperti otomotif, konstruksi, dan manufaktur.
- Kontributor penting terhadap ekspor baja nasional.
2. Kawasan Industri Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC)
Profil Proyek:
KIEC adalah pengelola kawasan industri milik Krakatau Steel yang luasnya mencapai 500 hektare lebih. KIEC menjadi rumah bagi berbagai perusahaan multinasional dan domestik di bidang petrokimia, baja, energi, dan manufaktur berat.
Perusahaan Utama:
- Asahimas Chemical (Jepang)
- Chandra Asri Petrochemical
- Nippon Shokubai
- Lotte Chemical Indonesia
Dampak Ekonomi:
- Menjadi pusat pertumbuhan ekonomi lokal dan regional.
- Fasilitator investasi asing langsung (FDI).
- Menyumbang pendapatan daerah dan penciptaan lapangan kerja skala besar.
3. Proyek Petrokimia Lotte Chemical Indonesia (LCI)
Profil Proyek:
Lotte Chemical Indonesia tengah membangun kompleks petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia, dengan investasi sekitar US$4 miliar (sekitar Rp60 triliun).
Skala Produksi:
- Kapasitas produksi:
- Ethylene: 1 juta ton per tahun
- Propylene: 520 ribu ton per tahun
- Polypropylene: 250 ribu ton per tahun
- Pabrik ini terintegrasi dengan pelabuhan khusus di kawasan industri Cilegon.
Dampak Ekonomi:
- Mendukung substitusi impor produk petrokimia.
- Memperkuat rantai pasok industri plastik dan tekstil nasional.
- Menyerap ribuan tenaga kerja selama masa konstruksi dan operasional.
4. PLTU Suralaya dan Proyek Energi Listrik Lainnya
Profil Proyek:
PLTU Suralaya adalah pembangkit listrik tenaga uap milik PLN, menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Kompleks ini terdiri dari 8 unit pembangkit eksisting dan tambahan proyek baru unit 9 dan 10.
Skala Produksi:
- Total kapasitas: 3.400 MW
- Proyek PLTU Suralaya 9 & 10 dikerjakan oleh konsorsium Indonesia dan China senilai US$3 miliar.
Dampak Ekonomi:
- Menyokong kebutuhan listrik industri di Cilegon dan wilayah Jabodetabek.
- Meningkatkan keandalan pasokan energi nasional.
- Membuka peluang usaha sektor jasa konstruksi dan logistik.
5. Chandra Asri Petrochemical (CAP): Proyek Ekspansi CAP2
Profil Proyek:
Chandra Asri, sebagai produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia, mengembangkan proyek CAP2 Complex di Cilegon dan Anyer.
Skala Produksi:
- Ethylene: 1,1 juta ton/tahun
- Propylene: 600 ribu ton/tahun
- Produk turunan lainnya untuk kebutuhan industri hilir plastik dan karet.
Dampak Ekonomi:
- Memperkuat ketahanan industri kimia nasional.
- Menjadi substitusi impor bahan baku penting.
- Mendukung hilirisasi industri berbasis migas.
6. Pelabuhan Khusus dan Terminal Industri
Profil Proyek:
Cilegon memiliki beberapa pelabuhan industri khusus yang mendukung kegiatan ekspor-impor bahan baku dan hasil produksi industri, seperti:
- Pelabuhan Krakatau Bandar Samudera (KBS)
- Terminal khusus milik Lotte Chemical dan Krakatau Posco
Dampak Ekonomi:
- Menekan biaya logistik nasional.
- Mempercepat arus barang ekspor-impor.
- Menjadikan Cilegon sebagai simpul logistik strategis di barat Jawa.
7. Proyek Infrastruktur Pendukung: Jalan Tol & Green Industrial Zone
Proyek Strategis:
- Tol Serang–Panimbang dan akses Cilegon–Merak: memperkuat konektivitas kawasan industri dengan pelabuhan dan bandara.
- Pemerintah sedang merancang zona industri hijau (green industrial park) berbasis energi terbarukan di sekitar Cilegon.
Dampak Ekonomi:
- Mendukung efisiensi logistik industri.
- Menarik investasi hijau dari Eropa dan Asia.
- Mengarah pada pengurangan emisi karbon industri berat.
Proyek Kimia dan Petrokimia Dorong Hilirisasi Industri
Memasuki era pemerintahan Presiden Joko Widodo, proyek besar seperti pembangunan pabrik petrokimia terintegrasi milik Lotte Chemical Indonesia New Ethylene (LINE) kembali mengangkat nama Cilegon di peta industri nasional. Proyek dengan investasi puluhan triliun rupiah ini bertujuan mendukung substitusi impor dan hilirisasi industri petrokimia, sekaligus menyerap ribuan tenaga kerja.
PT Chandra Asri Pacific dan PT Indo Raya Tenaga juga mencatatkan kontribusi besar dalam realisasi investasi di kota ini. Pada Triwulan II-2024, total nilai investasi di Cilegon mencapai Rp217 triliun, menjadikannya salah satu daerah dengan nilai investasi tertinggi di Indonesia.
Dampak Ekonomi dan Sosial Proyek Skala Besar
Besarnya nilai investasi tentu membawa dampak ekonomi yang signifikan:
1. Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah tenaga kerja industri besar dan sedang di Cilegon naik dari 22.280 orang (2022) menjadi 22.686 orang (2023). Sementara itu, diperkirakan lebih dari 200.000 pekerja—baik langsung maupun tidak langsung—terlibat dalam sektor industri kota ini.
Selain pekerja lokal, sekitar 1.000 tenaga kerja asing (TKA) turut dipekerjakan. Kontribusi retribusi dari TKA hingga Agustus 2024 mencapai Rp7 miliar, dan ditargetkan meningkat menjadi Rp11 miliar pada 2025.
2. Pertumbuhan UMKM Lokal: Kontribusi Signifikan terhadap Ekonomi Cilegon
UMKM di Kota Cilegon menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Program "Jumat Jajan" yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Cilegon melalui Dinas Koperasi dan UKM berhasil mencatat omzet sebesar Rp242,4 juta dalam kurun waktu tiga bulan sejak Agustus hingga November 2024 .
Program ini tidak hanya membantu pelaku UMKM memasarkan produknya, tetapi juga memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengenal dan membeli produk lokal unggulan.
Selain itu, sebanyak 40 UMKM binaan mengikuti pelatihan pemasaran digital untuk mempersiapkan ekspor produk mereka, menunjukkan upaya serius dalam meningkatkan daya saing UMKM di pasar global . Pemerintah Kota Cilegon juga menggelar program inkubasi bisnis yang diikuti oleh 60 pelaku UMKM, dengan fokus pada startup atau usaha rintisan .
Meskipun kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih di bawah 40%, sektor ini menyumbang lebih dari 60% lapangan kerja di Kota Cilegon . Hal ini menegaskan peran penting UMKM dalam perekonomian lokal.
3. Kenaikan Harga Properti: Dampak Langsung dari Pertumbuhan Industri
Pertumbuhan industri di Cilegon berdampak langsung pada sektor properti. Permintaan perumahan meningkat seiring dengan pembukaan pabrik-pabrik baru di kawasan industri. Sebagai contoh, perumahan Bumi Rakata Asri menawarkan rumah tipe 77 dengan luas 112 m² seharga Rp900 jutaan, yang sebagian besar pembelinya adalah pekerja di kawasan industri Cilegon.
Tren ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga mendorong kebutuhan akan perumahan yang terjangkau bagi pekerja. Namun, perlu perhatian terhadap ketersediaan lahan dan infrastruktur pendukung agar pertumbuhan sektor properti tetap berkelanjutan.
4. Dampak Lingkungan: Tantangan dalam Menjaga Keseimbangan Ekologis
Sebagai kota industri, Cilegon menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan ekologis. Saat ini, tutupan lahan hijau di Kota Cilegon baru mencapai sekitar 10% dari total luas wilayah, jauh dari target ideal 30% .
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon mengimbau industri dan pengembang perumahan untuk berkontribusi dalam program penghijauan, termasuk alokasi lahan untuk fasilitas umum dan jalur hijau.
Selain itu, pengelolaan sampah menjadi isu krusial. Data menunjukkan bahwa sekitar lima juta ton sampah per tahun di Indonesia masih dibuang ke alam bebas dan belum dikelola dengan baik.
Tantangan Pengawasan dan Transparansi
Seiring pertumbuhan industri, pengawasan tata kelola menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 dan UU No. 2 Tahun 2017 menegaskan bahwa setiap pengadaan barang/jasa pemerintah di atas nilai ambang batas wajib melalui proses tender terbuka.
1. Anggaran yang Membengkak, Proyek yang Tak Sesuai Janji
Salah satu contoh paling menonjol adalah proyek patungan PT Krakatau Steel dengan Posco asal Korea Selatan. Saat mulai digagas pada 2011, pabrik baja tersebut disebut-sebut akan menyedot investasi sekitar Rp7 triliun. Namun, ketika proyek rampung beberapa tahun kemudian, total anggaran membengkak hingga hampir Rp10 triliun—lonjakan lebih dari 40%.
Biaya yang membengkak bukan satu-satunya masalah. Konstruksi yang seharusnya tuntas dalam waktu tiga tahun molor nyaris enam tahun. Imbasnya, Krakatau Steel terjerat utang besar yang bahkan memaksa perusahaan pelat merah itu menjalani restrukturisasi utang besar-besaran pada 2019–2020.
Cerita serupa juga terjadi dalam pembangunan Tol Serang–Panimbang, yang sebagian ruasnya berada di wilayah Banten termasuk akses menuju Cilegon. Proyek ini awalnya diperkirakan menelan biaya Rp5,3 triliun, namun belakangan diketahui masih kekurangan dana sekitar Rp5 triliun karena pembengkakan biaya lahan dan material.
2. Molor Bertahun-tahun, Janji Pembangunan Terus Diundur
Bukan hanya soal biaya, banyak proyek besar di Cilegon juga gagal tepat waktu. Salah satunya adalah PLTU Suralaya Unit 9 dan 10, proyek pembangkit listrik batu bara yang digadang-gadang akan menambah daya hingga 2x1000 MW. Sejak dimulai pada 2020, proyek ini ditargetkan selesai bertahap pada 2023 dan 2024.
Namun, laporan dari PLN menyebutkan bahwa proyek ini kini kemungkinan baru akan selesai pada 2025, atau terlambat setidaknya 1–2 tahun. Pandemi COVID-19 memang disebut sebagai penyebab utama—menghambat pengiriman peralatan, menahan tenaga kerja asing, serta mengganggu proses EPC (Engineering, Procurement, Construction). Tetapi ini bukan satu-satunya kasus keterlambatan.
Sebelumnya, proyek kerja sama Krakatau Steel dengan Osaka Steel asal Jepang juga mengalami kemunduran hampir setahun akibat gangguan logistik dan kendala teknis. Padahal nilai investasinya cukup besar—mencapai US$200 juta atau setara Rp2,8 triliun pada saat itu.
3. Ketika Warga Bicara: Protes, Blokade, dan Penolakan
Yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya ketegangan sosial akibat pembangunan yang dinilai tidak inklusif. Di Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, misalnya, warga sempat menolak keras pembebasan lahan untuk ekspansi kawasan industri Krakatau. Konflik yang mencuat sejak 2009 itu bahkan sempat mengundang perhatian DPR RI yang datang langsung ke lokasi pada akhir 2010.
Blokade jalan, aksi demonstrasi, dan negosiasi yang berlarut-larut akhirnya membuat proyek molor hingga berbulan-bulan. Persoalan ganti rugi yang dianggap tidak adil jadi pemicu utama.
Situasi tak jauh berbeda juga terjadi di kawasan pesisir Bojonegara, tepat di perbatasan Cilegon–Serang. Saat PT Gandasari Energi melakukan reklamasi untuk proyek logistik dan energi, puluhan nelayan turun ke laut melakukan aksi protes pada tahun 2021.
Mereka mengeluhkan bahwa wilayah tangkap ikan mereka tertutup tumpukan batu dan tanah reklamasi. Warga menuntut penghentian reklamasi dan sosialisasi ulang dokumen AMDAL yang mereka nilai tidak pernah transparan.
- Reli Belum Usai, Saham ANTM Terus Tancap Gas dan Masih Punya Ruang Menguat
- Berapa Dividen Astra (ASII) dalam 10 Tahun Terakhir? Ini Datanya
- Rivan A. Purwantono, Ahli Restrukturisasi yang Kini Menakhodai Jasa Marga
Cilegon sebagai Kota Industri Strategis
Secara geografis, Cilegon terletak strategis di pesisir utara Provinsi Banten, bersebelahan langsung dengan Selat Sunda. Akses ke Tol Tangerang–Merak, jaringan kereta api barang, dan Pelabuhan Merak serta Ciwandan menjadikan kota ini sebagai simpul logistik penting nasional.
Berbagai perusahaan besar beroperasi di kota ini, seperti PT Krakatau Steel, PT Chandra Asri Petrochemical, PT Pupuk Indonesia, dan PT Pertamina Gas. Dengan UMR tertinggi di Banten, Cilegon juga menjadi incaran pencari kerja muda yang ingin membangun karir di sektor teknik dan industri.
Namun demikian, keberhasilan jangka panjang Cilegon tidak cukup hanya bergantung pada investasi besar. Kunci utamanya adalah tata kelola yang akuntabel, partisipasi publik, serta orientasi terhadap pembangunan berkelanjutan.
Sebagai latar belakang, penting memahami posisi Cilegon:
- Geografis
Terletak di pantai utara Banten, berbatasan langsung dengan Selat Sunda, memudahkan akses pelayaran internasional. - Kawasan Industri Terpadu
Terdiri dari beberapa zona industri: Krakatau Steel, Industri Kimia, Petrokimia, dan lainnya, dengan luas total lebih dari 3.000 hektar. - Tenaga Kerja
- Jumlah: Diperkirakan menampung lebih dari 200.000 pekerja industri (langsung dan tidak langsung).
- Kompetensi: Mayoritas lulusan SMK dan D3 teknik.
- Infrastruktur Pendukung
- Jalan tol: Tol Tangerang–Merak.
- Jaringan kereta api barang.
- Pelabuhan internasional Merak dan Ciwandan.