
China dan India Mulai Ogah Batu Bara Indonesia
- Ekspor batu bara Indonesia ke China dan India turun tajam hingga 14% sepanjang Januari–Mei 2025. Ketatnya persaingan global dan lambatnya inovasi dinilai jadi penyebab. Industri menghadapi ancaman kerugian hingga Rp40 triliun.
Tren Ekbis
JAKARTA – Industri batu bara nasional menghadapi ancaman serius. Sepanjang Januari–Mei 2025, ekspor batu bara Indonesia ke China dan India, dua pasar utama, tercatat anjlok signifikan. Penurunan ini memicu potensi kerugian hingga Rp40 triliun dan menimbulkan kekhawatiran soal daya saing jangka panjang sektor energi nasional.
Data Firma riset Kpler menunjukkan ekspor batu bara Indonesia ke China pada periode Januari–Mei 2025 turun 12,3% dibanding periode sama tahun lalu. Ke India bahkan lebih parah, anjlok 14,3%. Padahal, negara pesaing justru meraup kenaikan tajam. Ekspor Mongolia ke China melonjak 44,8%, sedangkan Afrika Selatan mencatat kenaikan 26,1% ekspor ke India.
Secara keseluruhan, ekspor batu bara nasional turun sekitar 12% dalam lima bulan pertama tahun ini. Padahal batu bara selama ini menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar Indonesia. Penurunan tajam ini membuat sektor energi fosil justru berpotensi menjadi sumber kerugian dan kekhawatiran ekonomi.
Kenapa Indonesia Kalah Bersaing?
Menurut pelaku industri, penyebab utamanya adalah ketatnya kompetisi global dan lambatnya inovasi di dalam negeri. China dan India kini lebih memilih batu bara berkalori tinggi, yang lebih hemat biaya per ton energi.
Rusia agresif menawarkan diskon harga demi merebut pangsa pasar Asia. Mongolia dan Afrika Selatan juga memanfaatkan momentum dengan meningkatkan efisiensi logistik dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah mereka.
Sementara itu, Indonesia dinilai kurang gesit beradaptasi. Biaya produksi masih tinggi, infrastruktur logistik belum optimal, dan minim terobosan teknologi tambang yang bisa menekan biaya atau meningkatkan kualitas produk.
Strategi Bertahan: Pasokan Dialihkan ke Dalam Negeri
Sebagian penambang Indonesia kini mulai mengalihkan pasokan ke pasar domestik. Langkah ini dinilai sebagai strategi bertahan untuk menyerap kelebihan produksi. Namun pengamat menilai solusi ini bersifat jangka pendek. Namun pengamat menilai solusi ini bersifat jangka pendek.
Ketua Umum Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO) saat ini adalah Ari Sutrisno bahkan memprediksi ekspor batu bara nasional masih bisa turun lagi hingga 10% pada sisa tahun ini, jika tidak ada terobosan signifikan.
"Harapan kami yang pertama mendapatkan wawasan teknologi dari berbagai sumber, siapapun yang mengeluarkan teknologi, akan memicu adanya teknologi baru, nah itu yang penting jadi teknologinya makin efisien kan," jelasnya.
Pelaku industri mengingatkan bahwa pasar energi global terus bergerak ke arah yang lebih efisien dan kompetitif. Jika Indonesia terus bertahan dengan pola lama tanpa transformasi signifikan, maka posisi batu bara RI terancam tergeser oleh pemain lain.
Dengan kontribusi besar sektor batu bara terhadap devisa dan pendapatan negara, penurunan daya saing ini bisa menjadi risiko serius bagi ekonomi nasional jika tidak segera diantisipasi.
Harga Batu Bara HBA Awal Juli Melejit
Sekadar informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode pertama Juli 2025. Ditetapkan Bahlil pada 30 Juni 2025, HBA periode pertama Juli 2025 ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No.217.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Periode Pertama Bulan Juli Tahun 2025.
Adapun HBA untuk batu bara dengan kalori 6.322 GAR ditetapkan US$107,35 per ton, melejit dari US$98,61 per ton pada periode kedua Juni 2025, yang berlaku sejak 15-30 Juni 2025 lalu.
Sementara itu, HBA untuk batu bara nilai kalori 5.300 kcal/kg GAR ditetapkan sebesar US$71,5 per ton. Angka ini turun dibandingkan periode kedua Juni, yakni US$75,64 per ton.
Sementara itu, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalori 4.100 kcal/kg GAR dipatok US$49,78 per ton untuk periode kedua Juni ini. Angka tersebut turun tipis dibandingkan pada periode kedua Juni yang senilai US$50,25 per ton.
Berikutnya, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal/kg GAR dipatok US$35,87 per ton. Angka itu turun dibandingkan periode kedua Juni yang sebesar US$36,14 per ton.