
ChatGPT Bisa Bikin Bodoh atau Makin Pintar? Begini Menurut Riset MIT!
- Apakah AI seperti ChatGPT benar-benar bisa meningkatkan kecerdasan kita, atau justru diam-diam bikin kemampuan berpikir kita menurun?
Tren Leisure
JAKARTA - Pada era digital yang makin canggih ini, siapa sih yang nggak kenal ChatGPT? Buat kamu yang sering nulis, cari ide, atau sekadar ngobrol iseng, AI kayak ChatGPT bisa jadi sahabat sehari-hari. Tapi, pernah nggak sih kamu mikir, apakah kebiasaan pakai AI ini bisa bikin otak kita tambah tajam, atau malah bikin kita jadi manja mikir?
Nah, pertanyaan ini ternyata juga bikin penasaran para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Mereka sampai bikin dua riset besar buat cari tahu: apakah AI seperti ChatGPT benar-benar bisa meningkatkan kecerdasan kita, atau justru diam-diam bikin kemampuan berpikir kita menurun.
Mari kita kupas dua sisi dari penggunaan ChatGPT menurut hasil riset yang dilakukan oleh MIT.
- Butuh Suntikan Semangat? Ini Rekomendasi Lagu-Lagu yang Bikin Kerja Makin Fokus dan Produktif
- Seperti Tupperware, Perusahaan Raksasa Ini Juga Gulung Tikar
- Peluang dan Prosedur Bekerja di Jepang: Gaji, Syarat, dan Tips Sukses
Sisi Gelap AI: ChatGPT Bisa Bikin Otak Kita Mager Berpikir?
Riset pertama datang dari MIT Media Lab dengan tajuk "Your Brain on ChatGPT". Penelitian ini melibatkan 54 partisipan yang dibagi dalam tiga kelompok:
- Yang menulis pakai bantuan ChatGPT.
- Yang menulis pakai mesin pencari biasa (kayak Google).
- Yang menulis murni dari otak sendiri alias manual.
Para partisipan ini diminta menyelesaikan empat tugas menulis sambil dipantau gelombang otaknya lewat alat EEG. Hasilnya cukup mengejutkan: kelompok yang pakai ChatGPT menunjukkan aktivitas otak paling rendah, terutama di bagian alpha dan beta yang berkaitan dengan fokus dan pemrosesan informasi.
Lebih lanjut, makin sering mereka pakai AI, makin pasif mereka dalam berpikir. Banyak yang hanya menyalin jawaban dari ChatGPT tanpa banyak pertimbangan ulang. Bahkan, mereka kesulitan mengingat atau menjelaskan ulang tulisan mereka sendiri.
Ini disebut sebagai "utang kognitif", di mana efisiensi instan yang kita dapatkan dari AI bisa membuat kita kehilangan kemampuan berpikir mendalam dalam jangka panjang.
Bahkan setelah mereka kembali ke cara menulis manual, tingkat aktivitas otaknya nggak langsung pulih seperti semula. Artinya, efek pemakaian AI bisa berbekas cukup lama kalau nggak dibarengi kebiasaan berpikir aktif.
Tapi Tunggu Dulu... ChatGPT Juga Bisa Bikin Kita Lebih Pintar!
Nggak semua hasil riset MIT bernada suram. Dalam studi lain yang dilakukan oleh ekonom MIT, Shakked Noy dan Whitney Zhang (2023), ChatGPT justru terbukti bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja secara signifikan.
Dalam studi ini, 453 profesional diminta menyelesaikan tugas menulis, lalu dibagi dua kelompok: yang pakai ChatGPT dan yang tidak. Hasilnya:
- Pengguna ChatGPT menyelesaikan tugas 40% lebih cepat.
- Kualitas tulisan mereka meningkat hingga 18%.
- Efek paling besar justru terjadi pada mereka yang sebelumnya kurang mahir dalam menulis.
Jadi, ChatGPT bisa jadi semacam "leveling tool" yang membantu orang-orang dengan kemampuan rendah menjadi lebih baik.
Tapi ada syaratnya. Riset lain dari MIT menyarankan pola penggunaan yang ideal: gunakan otak dulu, baru pakai AI. Jadi, daripada langsung nanya ke ChatGPT, coba dulu pikirin idemu sendiri, tulis kerangkanya, baru deh minta bantuan AI buat bantuin perbaiki atau ngasih saran.
Dalam riset ini, mereka yang pakai strategi "brain-first, AI-second" justru menunjukkan aktivitas otak yang tinggi dan tetap mempertahankan daya ingat meskipun dibantu AI. Mereka juga lebih kreatif dan merasa punya kendali atas tulisannya.
Baca Juga: Mengenal Potensi dan Risiko dari Black Box AI
Jadi, ChatGPT Itu Baik atau Buruk Buat Otak Kita?
Jawabannya: tergantung cara kita pakai.
Kalau kita langsung menyerahkan segalanya ke AI tanpa berpikir dulu, ada risiko otak kita jadi pasif dan kehilangan ketajamannya. Tapi kalau kita pakai ChatGPT sebagai partner berpikir—bukan sebagai pengganti otak—justru kita bisa makin produktif, kreatif, dan pintar.
Tips Bijak Pakai AI ala Anak Muda Cerdas
- Pakai AI buat bantu, bukan ganti. Jangan malas mikir. Coba dulu brainstorming sendiri sebelum tanya ke AI.
- Gunakan AI buat revisi dan masukan. Setelah kamu nulis draft awal, minta feedback dari ChatGPT. Anggap aja dia editor pribadi.
- Latih otak kamu tanpa AI juga. Misalnya dengan rutin nulis jurnal, baca buku cetak, atau diskusi langsung sama teman.
- Jaga kesadaran metakognitif. Artinya, kamu tetap sadar kapan kamu mikir sendiri, dan kapan kamu dibantu mesin. Jangan sampai kamu lupa kalau itu bukan idemu sendiri.
- Jangan percaya mentah-mentah. Selalu evaluasi hasil dari ChatGPT. AI bisa salah, dan kamu harus jadi filter terakhir.
- Pajak E-commerce Jangan Sampai Rugikan Ekosistem
- Ekonomi Jepang Menyusut di Kuartal Pertama 2025, Tarif AS Picu Kekhawatiran Baru
- Buyback Rp1 Triliun, Yuk Intip Prospek Saham Aguan CBDK
AI Itu Cermin, Bukan Otak Tambahan
ChatGPT dan AI sejenisnya bukanlah pengganti otak kita. Mereka cuma alat bantu. Kalau kita pakai dengan cerdas, AI bisa bantu kita tumbuh jadi pribadi yang lebih produktif, kreatif, dan adaptif. Tapi kalau kita terlalu mengandalkan tanpa usaha berpikir sendiri, jangan heran kalau lama-lama otak kita malah jadi "karatan".
Jadi, yuk pakai AI dengan cara yang bijak! Jangan biarkan teknologi bikin kita jadi generasi mager mikir. Justru, kita harus jadi generasi yang tahu kapan harus berpikir sendiri, dan kapan harus kolaborasi sama teknologi. Ingat kata Elon Musk: “AI will be the best or worst thing ever for humanity”.