<p>Panel surya milik konglomerat Prajogo Pangestu dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) / Dok. Perseroan</p>
Tren Pasar

CDIA Disuntik Kredit 3 Bank Raksasa Jelang IPO, Apa Artinya bagi Investor?

  • Didukung utang dari trio bank raksasa, CDIA emiten milik Prajogo Pangestu targetkan dana Rp2,37 triliun lewat IPO. Investor perlu waspada?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Menjelang rencana penawaran umum perdana saham (IPO) pada 8 Juli 2025, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), perusahaan logistik milik konglomerat Prajogo Pangestu, tercatat memiliki utang signifikan kepada tiga bank besar Indonesia. 

Informasi ini tertuang dalam prospektus perusahaan yang dirilis pada Kamis, 19 Juni 2025. Info saja, CDIA adalah anak usaha dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang bergerak di sektor logistik dan infrastruktur energi. 

Dalam prospektusnya, perusahaan mengungkapkan lonjakan total liabilitas didorong oleh peningkatan utang bank, terutama dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN).

BMRI tercatat memberikan fasilitas pinjaman berjangka sebesar US$247,49 juta yang akan jatuh tempo pada 31 Maret 2031, serta fasilitas kedua sebesar US$6,81 juta dengan jatuh tempo pada 23 Desember 2027. Selain itu, terdapat fasilitas kredit bergulir sebesar US$618.735 yang belum digunakan dan jatuh tempo pada 18 September 2025.

Sementara itu, emiten bersandikan BBCA juga menyediakan fasilitas bank garansi senilai US$40 juta serta pinjaman committed sebesar US$43,28 juta yang telah dicairkan seluruhnya. CDIA juga masih memiliki akses ke pinjaman uncommitted dari BBCA senilai US$3,09 juta.

BDMN, di sisi lain, memberikan fasilitas pinjaman berjangka sebesar Rp2 triliun berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 28 Februari 2025. Pinjaman ini memiliki tenor 24 bulan dan bunga mengacu pada JIBOR 3 bulan ditambah margin tertentu.

Apa Artinya bagi Investor?

Secara teoretis, utang adalah instrumen financial leverage atau pengungkit. Jika digunakan secara efektif untuk proyek yang imbal hasilnya melampaui biaya bunga, utang dapat mengakselerasi pertumbuhan dan mengamplifikasi keuntungan bagi pemegang saham tanpa menyebabkan dilusi kepemilikan.

Namun, instrumen ini merupakan pedang bermata dua yang meningkatkan risiko finansial secara signifikan, karena adanya kewajiban tetap untuk membayar bunga dan pokok pinjaman terlepas dari kondisi bisnis perusahaan.

Kendati demikian, di tengah struktur utang jumbo tersebut, kinerja keuangan CDIA justru menunjukkan pertumbuhan yang sangat solid, di mana per Desember 2024 perusahaan membukukan lonjakan laba bersih menjadi US$32,69 juta dari US$1,87 juta, didukung oleh kenaikan penjualan menjadi US$102,25 juta dari US$75,76 juta pada tahun sebelumnya.

Namun, pertumbuhan ini turut dibarengi dengan kenaikan liabilitas. Total liabilitas perusahaan tercatat sebesar US$328,32 juta, naik dari US$233,8 juta pada akhir 2023. Peningkatan terutama berasal dari utang jangka panjang yang melonjak dari US$195,19 juta menjadi US$289,81 juta. Adapun total aset perusahaan tercatat mencapai US$1,07 miliar.

Dalam IPO mendatang, CDIA menawarkan hingga 12,48 miliar saham biasa atau setara 10% dari modal disetor penuh, dengan kisaran harga Rp170 hingga Rp190 per saham. Jika seluruh saham terserap di harga tertinggi, perusahaan berpotensi meraih dana segar hingga Rp2,37 triliun, yang mencerminkan valuasi sekitar Rp23,7 triliun.

Nah, dana IPO ini akan difokuskan untuk memperkuat dua pilar bisnis utama perusahaan. Alokasi pertama, sebesar sekitar Rp871,76 miliar, akan diarahkan untuk pilar bisnis logistik. 

Dana ini secara spesifik akan digunakan oleh anak usaha untuk pembelian armada kapal baru serta untuk membiayai kebutuhan operasional. Selanjutnya, alokasi dana yang lebih besar, yaitu sekitar Rp1,5 triliun, akan disuntikkan untuk pengembangan pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan. 

Penggunaan dana ini mencakup proyek-proyek strategis seperti pembangunan tangki penyimpanan baru, instalasi saluran pipa ethylene, serta pembangunan berbagai fasilitas penunjang lainnya untuk mendukung ekosistem industri perusahaan.

Cara Membeli Saham IPO CDIA Sesuai Jadwal

Bagi investor yang berminat mengikuti IPO PT Chandra Daya Investasi (CDIA), partisipasi kini difasilitasi melalui platform digital resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu e-IPO (e-ipo.co.id). Syarat utamanya adalah memiliki rekening efek yang aktif di perusahaan sekuritas yang menjadi partisipan sistem e-IPO, beserta Rekening Dana Nasabah (RDN) dengan saldo yang memadai.

Prosesnya dimulai dengan registrasi di situs e-IPO. Setelah akun terverifikasi, Anda dapat mengajukan minat pemesanan pada masa penawaran awal (bookbuilding), yang untuk saham CDIA dijadwalkan pada 19-24 Juni 2025. 

Pada tahap ini, Anda akan memasukkan jumlah lot saham dan harga penawaran yang diinginkan. Setelahnya, investor juga masih dapat memesan pada masa penawaran umum pada 2-4 Juli 2025. Setelah masa penawaran berakhir, perusahaan akan menetapkan harga final dan melakukan proses penjatahan (allotment). 

Penting untuk dipahami bahwa jika terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed), investor kemungkinan hanya akan mendapatkan sebagian dari jumlah saham yang dipesan. Tanggal penjatahan untuk IPO CDIA ditetapkan pada 4 Juli 2025.

Jika Anda berhasil mendapatkan penjatahan, dana akan otomatis didebit dari RDN Anda. Saham akan didistribusikan secara elektronik pada 7 Juli 2025 dan dijadwalkan muncul di portofolio investasi Anda pada tanggal pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia, yaitu 8 Juli 2025. Sejak saat itu, saham CDIA dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.