
Cara Baru Hemat Uang Makan: Gabungkan Bulk Buy dan Pangan Lokal
- Di balik tekanan ekonomi, muncul pola konsumsi baru yang cerdas dan adaptif. Generasi muda mulai meninggalkan gaya konsumtif harian dan beralih ke strategi membeli dalam jumlah besar (bulk buy). Selain itu, mereka mengonsumsi pangan lokal sebagai cara menurunkan biaya makan tanpa mengorbankan kualitas hidup.
Tren Leisure
JAKARTA – Kenaikan harga pangan belakangan ini bukan hanya menekan dompet keluarga, tapi juga kaum muda yang mulai hidup mandiri. Bagi mereka yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya, harga makanan sehari-hari bisa menyumbang lebih dari 40% pengeluaran bulanan.
Namun di balik tekanan ekonomi, muncul pola konsumsi baru yang cerdas dan adaptif. Generasi muda mulai meninggalkan gaya konsumtif harian dan beralih ke strategi membeli dalam jumlah besar (bulk buy). Selain itu, mereka mengonsumsi pangan lokal sebagai cara menurunkan biaya makan tanpa mengorbankan kualitas hidup.
Buy bulk atau membeli bahan makanan dalam jumlah besar sekaligus bukanlah hal baru. Namun belakangan ini, praktik tersebut mendapat wajah baru di kalangan anak muda. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem patungan antar teman kos, komunitas RT, hingga pasangan muda yang mulai hidup bersama.
Platform seperti TikTok dan Instagram juga mulai dipenuhi konten tips “meal prep murah” dan “belanja mingguan Rp100 ribu cukup nggak?”. Hashtag seperti #bulkbuymurah atau #belanjapinter ikut mendorong tren ini jadi lebih mainstream.
“Dulu tiap hari jajan lauk di warteg atau pesan makanan online bisa habis Rp60–70 ribu sehari. Sekarang, aku patungan sama dua teman kos beli beras 5 kg, telur 30 butir, ayam 1 kg. Bisa hemat hampir separuh dari biasanya,” ujar Rika (25) pekerja kreatif di kawasan Jakarta Selatan kepada TrenAsia.id pada Senin, 23 Juni 2025.
Keuntungan bulk buy mulai dirasakan Rika. Pertama, hemat harga pasalnya beli dalam jumlah besar biasanya lebih murah per satuan. Lalu ia mengaku tak lagi impulsif karena stok sudah tersedia, jadi tak mudah tergoda jajan online.
Kedua, efisien waktu. Dia mengaku saat ini hanya belanja seminggu sekali, bukan tiap hari ke minimarket. Seiring praktik bulk buy, banyak anak muda mulai menyadari bahwa pangan lokal seperti tempe, tahu, sayuran pasar, ikan asin, hingga rempah-rempah tradisional bisa jadi sumber nutrisi utama dengan harga lebih bersahabat.
Cerita lain datang dari Rizky (26). Dia mulai membiasakan meal preps per satu minggu dari pada harus belanja sedikit-sedikit. “Makan sehat itu bukan harus salad quinoa atau ayam organik. Di pasar dekat rumah banyak sayur Rp5 ribu yang bisa dimasak jadi tumis enak dan bergizi,” kata Rizky.
Ia melihat tempe, tahu, sayuran hijau, telur ayam, beras lokal, dan bumbu dapur rumahan mulai kembali dilirik anak muda. Selain hemat dan sehat, makanan berbasis lokal juga lebih mudah diolah tanpa ribet.
Mindset Baru: Makan Enak, Hemat
Di tengah gaya hidup yang serba cepat dan tekanan sosial untuk tampil mewah di media sosial, gerakan bulk buy dan pangan lokal hadir sebagai bentuk resistensi sekaligus solusi cerdas.
Sebelum mengenal gerakan tersebut, Rizky mengalokasikan sekitar Rp2-Rp2,5 juta untuk pengeluaran makanan. Namun setelah menjalankan meal preps, dia bisa hemat hampir Rp1 juta, asal dibarengi konsistensi tidak jajan diluar budget meal preps tersebut.
“Buatku, gaya hidup hemat bukan berarti pelit. Tapi tahu apa yang penting dan punya kontrol atas pengeluaran. Ternyata makanan lokal itu bisa jadi pilihan bijak juga kalau digunakan dengan cara yang tepat,” tandasnya.