
Bursa Efek Tel Aviv Diguncang Serangan: Bagaimana Jika Pasar Saham Suatu Negara Tutup?
- Saat ini, sistem bursa efek sangat bergantung pada teknologi. Serangan fisik seperti di Tel Aviv bisa melumpuhkan operasional harian. Akan tetapi, ancaman terbesar datang dari serangan siber yang berpotensi menghentikan perdagangan dan merusak sistem keuangan hingga ke akar kepercayaan pasar.
Tren Pasar
JAKARTA - Serangan rudal terhadap kantor Bursa Efek Tel Aviv (TASE) pada Kamis, 19 Juni 2025, menandai eskalasi besar dalam konflik Israel–Iran. Bangunan tersebut mengalami kerusakan serius, menjadikannya simbol serangan langsung terhadap infrastruktur ekonomi utama negara tersebut.
Yang mengejutkan, laporan Time of Israel mengungkapkan bahwa indeks utama TASE justru mencetak rekor tertinggi dalam 52 minggu pada hari yang sama. Respons ini mencerminkan bahwa pasar tidak langsung panik. Namun, banyak analis menilai dampak jangka panjang dari insiden ini bisa jauh lebih merugikan.
Saat ini, sistem bursa efek sangat bergantung pada teknologi. Serangan fisik seperti di Tel Aviv bisa melumpuhkan operasional harian. Akan tetapi, ancaman terbesar datang dari serangan siber yang berpotensi menghentikan perdagangan dan merusak sistem keuangan hingga ke akar kepercayaan pasar.
- Startup Ini Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar & Pakan Maggot, Begini Caranya
- Ancam Petani Tembakau dan Ekonomi Daerah, Bupati Bondowoso Desak Deregulasi PP 28/2024
- Pelaku UMKM Perempuan Makin Cuan! Ini Cara Grab Bantu Bisnismu Naik Kelas Lewat Teknologi AI
Meskipun bursa biasanya memiliki sistem cadangan dan disaster recovery, tidak semua skenario bisa ditanggulangi cepat. Pertanyaannya: seberapa kuat ketahanan sistem digital terhadap kejadian ekstrem? Dan, apakah kepercayaan investor bisa dipulihkan dalam waktu singkat setelah terguncang?
Sentimen Global dan Efek Domino
Dengan demikian, jika TASE benar-benar tutup berpotensi mengganggu arus modal asing. Israel selama ini dikenal sebagai Startup Nation yang menarik investasi global. Serangan terhadap bursa efek membuat investor mulai menimbang ulang eksposur mereka terhadap kawasan yang dianggap berisiko tinggi secara geopolitik.
Kekhawatiran investor bisa menjalar ke pasar negara lain di kawasan Timur Tengah. Nilai tukar, obligasi, dan saham negara tetangga mungkin ikut terdampak. Risiko kontagi ini bukan hanya hitungan angka, tapi bisa memicu aksi jual massal dan restrukturisasi portofolio global.
Kita bisa belajar dari Yunani. Pada 2015, krisis moneter membuat Bursa Efek Athena tutup selama lima minggu. Ketika kembali dibuka, pasar anjlok hingga 16% dalam satu hari. Efek ini menjalar ke pasar Italia, Spanyol, dan Portugal, memperkuat tekanan finansial regional.
Penutupan bursa membawa dampak sosial. Di Yunani, daya beli masyarakat anjlok, pengangguran melonjak, dan kemiskinan memburuk. Pemulihan penuh membutuhkan waktu bertahun-tahun. Ini menjadi bukti bahwa pasar modal adalah jantung ekonomi yang menentukan stabilitas suatu negara.
Ujian Ketahanan dan Kredibilitas
Israel kini menghadapi ujian besar. Jika TASE dapat segera pulih dan pemerintah menjaga komunikasi yang transparan, pasar akan menilai Israel sebagai negara yang tangguh. Ini bisa memperkuat reputasinya sebagai pusat keuangan dan teknologi global di tengah situasi penuh tekanan.
Namun, jika pemulihan lambat dan ketakutan membesar, dampaknya bisa panjang. Investasi asing bisa surut, talenta profesional mungkin keluar, dan pertumbuhan ekonomi bisa melambat. Reputasi sebagai negara yang stabil secara ekonomi bisa terguncang dalam jangka panjang.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting: penutupan bursa bukan sekadar gangguan teknis. Ini menyangkut psikologi pasar, kepercayaan, dan struktur ekonomi. Teknologi, regulasi, dan kesiapsiagaan menjadi fondasi utama untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional dari guncangan mendadak.
Pengalaman Yunani menunjukkan bahwa pemulihan memerlukan koordinasi sistemik. Teknologi yang kuat, strategi komunikasi yang jelas, dan dukungan dari komunitas internasional menjadi kunci. Israel dan negara lain perlu belajar bahwa menjaga pasar tetap terbuka juga menjaga masa depan ekonominya.