
Bukan Kapitalisme Biasa: Belajar dari Keiretsu ala Jepang
- Keiretsu, sistem ekonomi unik Jepang, jadi tameng kokoh menghadapi krisis global. Lewat jejaring perusahaan yang solid dan saling menopang, keiretsu menciptakan stabilitas bisnis sejak 1950-an—jauh dari kapitalisme biasa. Pelajari bagaimana model ini bekerja dan apa keuntungannya.
Tren Leisure
JAKARTA – Ketika dunia bisnis dinilai semakin rapuh akibat ketergantungan rantai pasok global, geopolitik, dan dominasi platform asing, Jepang justru punya sistem ekonomi yang bikin mereka tetap kokoh sejak dekade 1950-an keiretsu. Sistem ini bukan hanya sekadar kerja sama antarperusahaan, tapi ekosistem yang saling menopang seperti keluarga solid, strategis, dan penuh loyalitas.
Dalam sistem keiretsu, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor seperti manufaktur, finansial, logistik, hingga distribusi dihubungkan oleh kepemilikan silang saham, keterlibatan bank sebagai sumber modal utama, serta perjanjian bisnis jangka panjang. Alih-alih beroperasi secara individual, mereka bergerak dalam jejaring kuat yang mengutamakan kesinambungan dan stabilitas dibanding pertumbuhan agresif.
Sebut saja grup Mitsubishi, Toyota, Sumitomo, dan Mitsui. Mereka bukan sekadar konglomerasi, tapi inti dari keiretsu vertikal maupun horizontal yang membentuk jantung industri Jepang. Toyota misalnya, memiliki jaringan pemasok komponen (seperti Denso dan Aisin) yang tidak hanya memproduksi tapi juga berinovasi bersama. Mereka berbagi informasi, risiko, hingga strategi pengembangan pasar. Di sisi keuangan, bank seperti Mitsubishi UFJ Financial Group tak hanya memberikan pinjaman, tapi menjadi bagian dari dewan direksi perusahaan anggota keiretsu.
Bukan Kapitalisme Biasa
Sistem ini muncul sebagai respons terhadap dominasi perusahaan-perusahaan Amerika setelah Perang Dunia II, dan menggantikan sistem zaibatsu (konglomerasi keluarga yang dianggap terlalu kuat dan eksploitatif). Keiretsu memberi ruang lebih luas pada kerja sama industrial, perlindungan terhadap pemain domestik, dan peningkatan efisiensi lewat koordinasi internal.
Yang menarik, keiretsu bukan anti-persaingan. Tapi mereka percaya bahwa efisiensi dan inovasi lebih mudah tumbuh dalam ekosistem yang stabil. Inilah sebabnya industri otomotif Jepang bisa berkembang pesat, bahkan mengalahkan banyak pesaing Eropa dan Amerika dalam hal kualitas dan produktivitas.
Namun, sistem ini bukan tanpa kritik. Di era globalisasi dan liberalisasi pasar sejak 1990-an, beberapa bentuk keiretsu mulai ditinggalkan karena dinilai menutup diri dari kompetisi terbuka. Tapi Jepang tetap mempertahankan bentuk-bentuk keiretsu yang lebih fleksibel, terutama dalam hal kolaborasi teknologi, riset, dan ekspansi luar negeri.
Kelebihan Keiretsu
Keiretsu memberikan keuntungan bagi perusahaan anggotanya :
1. Kolaborasi dan Pertukaran Sumber Daya
Dengan bekerja, anggota keiretsu dapat memanfaatkan sumber daya, pengetahuan, dan keterampilan satu sama lain untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
2. Rantai Pasokan yang Stabil
Ikatan yang kuat dalam keiretsu memastikan aliran barang dan jasa sehingga mengurangi kemungkinan gangguan.
3. Akses terhadap Pendanaan
Melalui pengaturan kepemilikan saham dalam struktur keiretsu, perusahaan memperoleh akses yang lebih besar ke sumber daya modal dan keuangan. Akses ini, yang dikenal sebagai “modal keiretsu”, memungkinkan perusahaan anggota untuk mendapatkan pendanaan untuk ekspansi, proyek baru, dan peningkatan efisiensi rantai pasokan.
4. Pengaruh Pasar
Secara kolektif para anggota keiretsu memegang kekuatan pasar yang memungkinkan mereka memengaruhi tren dan standar industri.