2023_10_03_142887_1696302352._large.jpg
Tren Pasar

BREN Salip BBCA jadi Raja Bursa, Pilih Roket Pertumbuhan atau Benteng Stabilitas?

  • BREN resmi geser BBCA jadi raja market cap di bursa. Mana yang lebih baik untuk portofolio Anda? Simak bedah tuntas 5 ronde perbandingan finansial keduanya.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Panggung Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi saksi bisu sebuah momen bersejarah pada Jumat, 18 Juli 2025. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), secara resmi kembali merebut takhta emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, sejak terakhir kali pertengahan tahun lalu.

Didorong oleh lonjakan harga sahamnya, kapitalisasi pasar BREN kini berhasil mencapai Rp1.120 triliun pada perdagangan berjalan hari ini pukul 10.428 WIB. Angka ini secara resmi menyalip market cap PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang berada di level Rp1.040 triliun.

Pergeseran takhta ini bukan sekadar tentang angka, melainkan benturan dua filosofi investasi. Ini adalah pertarungan antara narasi pertumbuhan masa depan yang agresif melawan kisah stabilitas dan profitabilitas yang telah teruji oleh waktu selama puluhan tahun.

Fenomena ini menempatkan investor di persimpangan jalan krusial: ikut sang penantang atau setia pada sang juara? Untuk membantu Anda memilih arah, mari kita bedah tuntas lima ronde perbandingan antara kedua raksasa bursa ini secara mendalam.

1. Momentum Pasar vs Skala Bisnis

Kudeta ini terjadi berkat momentum BREN yang eksplosif. Mengacu data IDX Mobile hari ini, sahamnya melesat +8,41% ke Rp8.375, sebuah gerakan agresif yang cukup untuk mendorongnya ke posisi puncak dan menunjukkan gairah pasar yang sangat tinggi.

Berbanding terbalik, BBCA justru menunjukkan stabilitas defensifnya dengan pergerakan saham yang datar. Pergerakannya yang sangat sempit mengindikasikan minimnya sentimen baru yang bisa menggerakkan harganya, menjadikannya potret ketenangan di tengah gejolak pasar yang ada saat ini.

Namun, di balik momentum harian, skala bisnis keduanya sangat kontras. Total aset BBCA yang mencapai Rp1.533 triliun terlihat seperti raksasa jika dibandingkan dengan aset BREN sebesar Rp63 triliun, menunjukkan perbedaan fundamental dalam ukuran operasional mereka.

2. Perang Valuasi & Realita Laba

Perbedaan paling ekstrem terlihat dari sisi valuasi. BREN diperdagangkan dengan valuasi 'langit' yang tercermin dari PER mencapai 496x dan PBV 80x. Angka ini menunjukkan harga yang sangat premium dibandingkan dengan nilai buku dan laba perusahaan.

Valuasi wajar BBCA justru menjadi kekuatannya. Dengan PER di level 18,73x dan PBV 4,22x, harganya dinilai sangat masuk akal karena ditopang oleh laba bersih kuartal I-2025 yang fantastis, yaitu sebesar Rp14,14 triliun.

Sebaliknya, laba bersih BREN di periode yang sama adalah Rp702,4 miliar. Perbedaan laba inilah yang menjelaskan mengapa valuasi BREN sangat tinggi; investor tidak membeli kinerja saat ini, melainkan bertaruh mahal pada sebuah ekspektasi pertumbuhan di masa depan.

3. Mesin Profitabilitas & Aliran Dividen

Dari sisi efisiensi, BBCA menunjukkan kemampuan superior dalam menghasilkan laba dari modalnya, dengan Return on Equity (ROE) mencapai 22,76%. Angka ini menandakan fundamental yang sangat sehat dan kemampuan manajemen yang solid dalam mengelola asetnya.

Meskipun ROE BREN lebih rendah di level 16,15%, angka ini tetap terbilang solid untuk perusahaan dalam fase pertumbuhan. Ini membuktikan BREN mampu mengelola modalnya secara efisien. Namun, BBCA unggul telak dengan arus kas operasional Rp74,18 triliun.

Bagi para pencari pendapatan pasif, BBCA adalah 'mesin dividen' yang handal dengan imbal hasil menarik sebesar 2,93%. Sementara itu, BREN dengan yield nyaris nol menegaskan dirinya sebagai saham yang fokus pada pertumbuhan harga (capital gain).

4. Struktur Modal & Profil Risiko

Dalam mengelola utang, DER BBCA sebesar 5,18x terbilang wajar dan konservatif untuk industri perbankan. Ini mencerminkan praktik umum di mana bank menggunakan dana nasabah sebagai modal kerja, namun dengan manajemen risiko yang sudah teruji.

Di sisi lain, BREN menunjukkan pendekatan yang lebih 'pemberani' dengan DER 3,89x untuk mendanai pertumbuhannya. Meskipun begitu, likuiditas jangka pendeknya masih memadai dengan quick ratio 1,73x, menunjukkan adanya perhitungan risiko yang matang dari perusahaan.

Profil risiko keduanya pun berbeda jauh. BREN dengan volatilitasnya yang sangat tinggi lebih cocok untuk trader agresif. Sebaliknya, pergerakan BBCA yang stabil menjadikannya benteng pertahanan yang ideal bagi investor yang tidak menyukai gejolak harga.

5. Pilih Roket Pertumbuhan atau Benteng Pertahanan?

Pada akhirnya, tidak ada jawaban benar atau salah dalam memilih di antara kedua raksasa ini. Pilihan kembali pada filosofi, tujuan investasi, dan tingkat toleransi risiko yang Anda miliki sebagai seorang investor yang cerdas dan mandiri.

Pilih Tim BREN jika Anda adalah investor agresif yang siap menaiki 'roket pertumbuhan'. Anda bertaruh pada narasi energi masa depan dan siap menerima risiko valuasi yang sangat tinggi demi potensi capital gain yang mungkin eksplosif.

Pilih Tim BBCA jika Anda mencari 'benteng pertahanan' yang kokoh di portofolio Anda. Anda berinvestasi pada stabilitas, profitabilitas triliunan yang sudah terbukti, valuasi wajar, dan aliran dividen yang dapat diandalkan untuk membangun kekayaan jangka panjang.