<p>Ilustrasi Trading Bitcoin / Pixabay.com</p>
Tren Pasar

Bitcoin Melesat ke Rp1,73 Miliar, Siap Pecahkan Rekor Tertinggi Sepanjang Masa?

  • Dengan kombinasi analisis teknikal yang solid, sentimen positif dari arah kebijakan moneter, dan derasnya arus masuk dana ke ETF spot, pasar kini memantau apakah Bitcoin mampu menembus rekor harga sebelumnya di US$111.970. Jika berhasil, ini bisa menjadi pertanda dimulainya fase bullish baru untuk paruh kedua tahun 2025.

Tren Pasar

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA — Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan tajinya di pasar kripto. Dalam 24 jam terakhir, aset digital terbesar di dunia ini berhasil menguat 1,4% dan kini diperdagangkan sedikit di atas US$107.000 atau sekitar Rp1,73 miliar (dengan asumsi kurs dolar AS Rp16.229 per dolar). Lonjakan ini menandai penembusan penting di atas level resistance utama US$103.000 dan membuka peluang bagi Bitcoin untuk menguji kembali harga tertingginya sepanjang masa (all-time high/ATH) dalam waktu dekat.

Kinerja impresif ini menempatkan Bitcoin sebagai aset kripto dengan performa terbaik di antara lima besar mata uang kripto global sepanjang tahun 2025. Sejak awal tahun, BTC telah mencatat kenaikan hampir 15%, meskipun kondisi pasar secara umum relatif tenang pasca ketegangan geopolitik Iran-Israel yang sempat memicu volatilitas.

Kekuatan Kombinasi Teknikal dan Faktor Makro

Analis dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai bahwa lonjakan Bitcoin kali ini tidak terjadi begitu saja. Ada kombinasi antara faktor teknikal dan sentimen makroekonomi yang menopang tren bullish ini.

"Penembusan harga BTC di atas US$103.000 adalah sinyal kuat, apalagi karena disertai volume transaksi yang besar. Ini menandakan bahwa pasar sedang dalam mode siap tempur untuk menguji resistance selanjutnya di kisaran US$110.500 atau sekitar Rp1,79 miliar," jelas Fyqieh melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Kamis, 26 Juni 2025.

Data dari CoinGlass juga menunjukkan bahwa likuidasi posisi short terhadap Bitcoin masih berada dalam batas normal. Artinya, para trader yang memprediksi penurunan harga telah banyak yang tersapu ketika BTC menanjak dari US$100.000 di awal pekan. 

Di sisi lain, minat terbuka (open interest) untuk kontrak berjangka Bitcoin tercatat meningkat ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir, sebuah indikator bahwa kepercayaan pelaku pasar terhadap arah pergerakan Bitcoin kembali menguat.

Pola Inverse Head and Shoulders dan RSI Jenuh Beli

Dari sisi teknikal, grafik per jam menunjukkan terbentuknya pola inverse head and shoulders, yang kerap dianggap sebagai pola pembalikan arah menuju tren naik. Pola ini mengindikasikan potensi penguatan harga menuju US$109.000, dengan titik resistance kuat berada di US$110.500.

Namun begitu, indikator Relative Strength Index (RSI) juga memperlihatkan bahwa Bitcoin telah memasuki zona jenuh beli (overbought). Ini berarti, meski tren naik masih dominan, potensi koreksi jangka pendek tetap terbuka lebar.

"Kalau pun terjadi koreksi, level support penting ada di kisaran US$106.000 atau mendekati rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 200. Selama support ini bertahan, tren jangka pendek tetap bisa dianggap bullish," tambah Fyqieh.

Sinyal Positif dari The Fed, Investor Optimistis

Dari sisi makroekonomi, sentimen pasar juga turut diperkuat oleh pernyataan terbaru dari Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller. Ia menyebutkan bahwa penurunan suku bunga bisa saja dilakukan dalam pertemuan FOMC berikutnya pada 29–30 Juli mendatang.

Pernyataan ini memperkuat sinyal dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang sebelumnya sudah mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga hingga dua kali tahun ini. Bagi investor kripto, ini adalah kabar yang sangat ditunggu-tunggu.

"Penurunan suku bunga bisa menurunkan biaya pinjaman dan membuat investor beralih ke aset berisiko seperti Bitcoin dan Ethereum. Ini jadi angin segar buat pasar kripto secara keseluruhan," ujar Fyqieh.

ETF Bitcoin Spot Jadi Pendorong Tambahan

Selain itu, masuknya dana besar-besaran ke Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin spot juga menjadi faktor pendorong utama penguatan harga BTC. Data terbaru menunjukkan bahwa ETF Bitcoin di Amerika Serikat telah menarik arus dana lebih dari US$9 miliar. iShares Bitcoin Trust (IBIT) milik BlackRock menjadi pemimpin dalam hal arus masuk ini.

Bahkan pada 22 Mei lalu, arus masuk ke ETF Bitcoin mencapai US$432 juta hanya dalam satu hari. Hal ini menunjukkan meningkatnya minat institusi besar terhadap BTC sebagai aset investasi jangka panjang.

"Arus dana ke ETF Bitcoin spot ini bikin peluang BTC untuk menguji harga ATH di US$111.970 (Rp1,81 miliar) makin terbuka lebar," jelas Fyqieh dengan optimis.

Waspadai Risiko Koreksi Jika The Fed Mengecewakan

Meskipun banyak indikator yang mendukung tren positif, Fyqieh tetap mengingatkan investor agar tetap waspada terhadap potensi koreksi, terutama jika keputusan Federal Reserve tidak sesuai ekspektasi pasar.

"Kalau The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga dan inflasi tetap tinggi, kita bisa melihat koreksi sementara di pasar kripto. Tapi secara fundamental, sentimen jangka menengah untuk Bitcoin masih sangat optimistis," tegasnya.

Apakah BTC Siap Pecahkan Rekor?

Dengan kombinasi analisis teknikal yang solid, sentimen positif dari arah kebijakan moneter, dan derasnya arus masuk dana ke ETF spot, pasar kini memantau apakah Bitcoin mampu menembus rekor harga sebelumnya di US$111.970. Jika berhasil, ini bisa menjadi pertanda dimulainya fase bullish baru untuk paruh kedua tahun 2025.

Buat kamu yang mulai tertarik terjun ke dunia kripto, saat seperti inilah yang jadi momen penting untuk memahami pasar lebih dalam. Tapi jangan lupa, riset tetap jadi kunci utama sebelum ambil keputusan investasi!