Ilustrasi Logo Bitcoin
Tren Pasar

Bitcoin Cetak Rekor: Benarkah Sudah Jadi Emas Digital atau Cuma Gelembung Politik?

  • Bitcoin cetak rekor baru di atas US$118.000. Apakah ini bukti sudah bertransformasi menjadi 'Emas Digital' atau hanya gelembung spekulatif?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Pasar kripto kembali bergemuruh. Harga Bitcoin (BTC) pada Jumat, 11 Juli 2025, berhasil mencetak sejarah baru dengan melesat menembus level US$118.000 untuk pertama kalinya. Kenaikan ini terjadi di tengah kondisi ekonomi dan geopolitik global yang penuh ketidakpastian.

Lonjakan ini memicu kembali perdebatan sengit yang tak ada habisnya: apakah Bitcoin kini benar-benar telah menjadi 'emas digital' atau aset safe haven pilihan di saat krisis? Ataukah ini hanya gelembung spekulatif yang siap meletus kapan saja?

Para ahli terbelah menjadi dua kubu yang saling berlawanan. Di satu sisi, ada tim yang sangat optimis. Di sisi lain, ada tim yang sangat skeptis. Mari kita bedah argumen dari kedua kubu untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

1. Bitcoin adalah Emas Digital Zaman Now

Kubu yang optimis percaya bahwa kenaikan Bitcoin saat ini adalah bukti bahwa statusnya sebagai 'emas digital' semakin kuat. Seperti dilaporkan oleh The Independent, saat pasar saham global goyah akibat ancaman tarif dagang Presiden Trump, Bitcoin justru memulai tren naiknya sendiri, menunjukkan karakter sebagai aset safe haven.

Langkah pemerintah AS yang membentuk "cadangan bitcoin strategis" juga dinilai secara fundamental mengubah cara pandang dunia terhadap Bitcoin. Hal ini disampaikan oleh Nigel Green, CEO deVere Group. “Ketika pemerintahan yang sedang menjabat mempertimbangkan bitcoin sebagai bagian dari cadangan negara, hal itu membentuk kembali kerangka risiko global,” ujar Green.

Pandangan ini diperkuat oleh Josh Fraser dari Origin Protocol, yang melihat Bitcoin sebagai penyimpan nilai alternatif di era modern. “Emas telah menjadi penyimpan nilai utama selama ratusan tahun, dan bitcoin kini bersaing sebagai versi emas yang lebih baik," ucap Fraser.

2. Ini Cuma Gelembung yang Ditopang Politik

Di sudut seberang, ada kubu skeptis seperti akademisi John Hawkins dari University of Canberra. Menurutnya, kenaikan harga Bitcoin saat ini tidak natural, melainkan digelembungkan secara artifisial oleh kepentingan politik pemerintahan AS saat ini.

Ia berpendapat bahwa Bitcoin pada dasarnya masih sama seperti dulu: aset spekulatif yang tidak memiliki nilai fundamental. Setelah 16 tahun, ia menilai Bitcoin masih gagal memenuhi tujuan awalnya untuk menjadi alat pembayaran yang umum digunakan.

Hawkins menyoroti ironi di balik dukungan tersebut terhadap sebuah aset yang pada awalnya libertarian. “BTC, dan kripto secara umum, sedang ditopang oleh pemerintahan Trump, ironisnya mengingat promosi awalnya sebagai alternatif mata uang yang didukung pemerintah,” katanya.

3. Perang Prediksi Harga

Perbedaan pandangan ini juga tercermin dari prediksi harga yang sangat kontras. Sebuah survei terbaru dari Finder yang melibatkan 22 tokoh terkemuka di industri kripto menghasilkan prediksi yang sangat bullish atau optimis.

Mereka memprediksi harga Bitcoin rata-rata bisa mencapai US$145.167  pada akhir tahun 2025. Bahkan, dalam jangka panjang, mereka melihat harga Bitcoin bisa mencapai US$458.000 pada akhir dekade ini.

Sebaliknya, kubu skeptis seperti John Hawkins justru melihat potensi penurunan yang drastis. Ia memprediksi bahwa setelah euforia politik ini mereda, harga Bitcoin bisa anjlok kembali hingga ke level US$80.000.

4. Katalis Utama: Restu dari Pemerintah AS

Terlepas dari perdebatan, kedua kubu setuju bahwa katalis utama pergerakan harga saat ini adalah sikap pro-kripto dari pemerintahan AS. Perintah eksekutif Trump untuk membuat cadangan Bitcoin menjadi sinyal yang sangat kuat bagi pasar.

Dukungan terbaru datang dari Elon Musk, yang mengonfirmasi bahwa partai politik barunya, 'America Party', akan secara resmi mendukung Bitcoin. Langkah ini menambah lapisan legitimasi politik yang sebelumnya tidak pernah dimiliki oleh Bitcoin.

Roshan Roberts dari bursa kripto OKX US melihat bahwa para institusi kini memperlakukan BTC sebagai aset yang semakin matang. “Ketika ketegangan perdagangan meningkat dan altcoin terpuruk, lembaga-lembaga memperlakukan BTC sebagai lindung nilai makro. Juli akan menguji pasar, tetapi bitcoin tampaknya dirancang untuk itu," tuturnya.

5. Jadi, Percaya Siapa

Setelah mendengar argumen dari kedua belah pihak, kesimpulannya adalah masa depan Bitcoin masih menjadi subjek perdebatan yang sangat panas.

Kubu optimis melihat ini sebagai awal dari sebuah era baru di mana Bitcoin menjadi aset cadangan global yang sah. Sementara kubu pesimis melihatnya sebagai euforia sesaat yang ditopang oleh kepentingan politik dan akan berakhir buruk.

Bagi Anda sebagai investor, ini berarti volatilitas akan tetap menjadi teman sehari-hari. Memahami kedua sisi argument, baik potensi keuntungan yang luar biasa maupun risiko penurunan yang tajam, adalah kunci sebelum mengambil keputusan investasi di aset yang penuh drama ini.