
Biaya Hidup Melonjak, Dompet Anak Muda di Korea Selatan Makin Cekak
- Biaya hidup esensial di Korea tidak hanya lebih tinggi dari negara-negara besar lainnya, tapi juga menjadi penghambat utama dalam pemulihan belanja konsumen pasca pandemi.
Tren Global
SEOUL - Generasi muda Korea Selatan tengah menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat, seiring melonjaknya biaya hidup esensial di negara tersebut. Menurut data terbaru yang dirilis Bank sentral Korea Selatan atau Bank of Korea, harga kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan perumahan kini berada jauh di atas rata-rata negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran akan daya beli masyarakat, terutama kalangan muda yang belum mapan secara finansial. Biaya hidup esensial di Korea tidak hanya lebih tinggi dari negara-negara besar lainnya, tapi juga menjadi penghambat utama dalam pemulihan belanja konsumen pasca pandemi.
Indeks harga untuk makanan mencapai angka 151, pakaian 161, dan perumahan 123, jauh melampaui rata-rata OECD yang ditetapkan pada 100.
Harga buah, sayur, dan daging bahkan tercatat 1,5 kali lipat lebih mahal dibandingkan negara OECD lainnya (data EIU 2023), sementara dari Januari 2021 hingga Mei 2025, harga kebutuhan pokok naik 19,1% lebih tinggi dari inflasi umum yang hanya 15,9%.
Lonjakan harga ini dipicu oleh kombinasi faktor global, pandemi COVID-19, gangguan rantai pasok, perang Rusia-Ukraina, serta cuaca ekstrem yang mengacaukan produksi pangan dan distribusi energi. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar won dan meningkatnya biaya impor bahan baku turut mendongkrak harga makanan olahan.
Kondisi ini memicu meningkatnya ekspektasi inflasi di masyarakat, yang dapat mengganggu stabilitas harga jangka panjang. Bank Sentral Korea memperkirakan inflasi akan stabil pada 1,9% di 2025 dan 1,8% di 2026, namun tetap mewaspadai ancaman dari ketidakpastian global.
"Jika kenaikan biaya hidup terus meningkatkan persepsi tingkat inflasi rumah tangga, hal itu dapat memengaruhi ekspektasi inflasi mereka dan merusak stabilitas harga dalam perspektif jangka panjang," tulis laporan bank sentral Korea Selatan, dikutip Korea Times, Kamis, 19 Juni 2025.
Dampak pada Generasi Muda Korea Selatan
Generasi muda Korea, terutama mereka yang baru memasuki dunia kerja atau masih menempuh pendidikan, merupakan kelompok yang paling terdampak. Bank of Korea memperkirakan, dengan gaji awal yang stagnan dan harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, banyak dari mereka kesulitan menabung, menyewa rumah, atau bahkan membiayai makan sehat setiap hari.
Fenomena ini diperkirakan juga mendorong keterlambatan dalam keputusan hidup seperti menikah, punya anak, atau membeli rumah, semua hal yang berkontribusi terhadap krisis demografi Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan saat ini tengah menggodok aturan untuk mempercepat pelonggaran regulasi serta mendiversifikasi sumber impor, demi meningkatkan persaingan pasar dan menekan harga. Langkah-langkah ini dinilai penting untuk menghindari guncangan harga di masa mendatang.
"Sangat penting untuk melonggarkan regulasi dan mengurangi hambatan masuk pasar guna mendorong persaingan antar perusahaan, serta mendiversifikasi sumber impor bahan baku untuk mengurangi efek limpahan guncangan harga dari barang tertentu ke barang lainnya," tambah laporan itu.
Tanpa intervensi yang strategis dan cepat, generasi muda Korea Selatan akan terus menanggung beban ekonomi yang bisa berdampak sistemik bagi masa depan sosial dan ekonomi negara.