
Kisah Oclo: Berawal dari Jastip, Kini Bisa Pekerjakan 90 Orang
- Kini, Oclo telah menjelma menjadi brand fashion lokal yang punya sistem kerja rapi dan tim yang solid. Dengan lebih dari 90 talenta lokal terlibat di berbagai lini—seperti produksi, desain, pengemasan, hingga customer service—Oclo tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tapi juga membawa dampak sosial lewat penciptaan lapangan kerja.
Tren Inspirasi
JAKARTA - Di tengah derasnya arus industri fashion Indonesia, nama Yisti Yinika mencuat sebagai salah satu sosok muda inspiratif yang sukses membangun brand lokal dari nol. Di usia 29 tahun, Yisti telah menorehkan pencapaian luar biasa melalui Oclo, brand fashion perempuan yang ia rintis sejak usia 19 tahun.
Kisahnya bermula dari usaha jasa titip (jastip) produk UMKM lokal yang kemudian berkembang menjadi lini fashion inklusif dan modern, memanfaatkan e-commerce seperti Shopee sebagai ujung tombak distribusi produk.
“Aku mulai usaha waktu masih kuliah, bermodal kuota internet dan koper. Aku titipin baju-baju UMKM lokal buat teman-teman yang mau beli tapi nggak sempat belanja sendiri,” tutur Yisti dalam keterangan tertulis Shopee yang diterima TrenAsia, Jumat, 13 Juni 2025.
Dari usaha sederhana itu, Yisti pelan-pelan membangun modal finansial dan pengetahuan soal selera konsumen, hingga akhirnya melahirkan Oclo.
- Dirjen Bea Cukai Djaka Diharapkan Terapkan Moratorium Kenaikan Cukai Rokok 3 Tahun Demi Optimalkan Penerimaan Negara
- PT GAG Masih ‘Bernapas’ di Pulau Kecil, Kebijakan Prabowo Dikritik ‘Diskriminatif'
- Tensi AS dan Iran Kerek Saham Migas, Peluang Cuan atau Hanya Euforia?
Lahirnya Oclo: Brand Lokal yang Dekat dengan Perempuan Indonesia
Didirikan secara resmi pada tahun 2016, Oclo hadir dengan visi menyediakan pakaian anggun, sopan, dan nyaman bagi perempuan Indonesia usia 16–40 tahun. Nama “Oclo” dipilih karena mudah diingat dan cukup fleksibel untuk ekspansi kategori di masa depan.
Strategi bisnis Oclo pun terbilang progresif: tiap minggu brand ini merilis 10 hingga 25 model baru. “Kita belajar dari konsep fast fashion, tapi tetap jaga kualitas. Kalau pelanggan puas, mereka pasti balik lagi,” ujar Yisti.
Desain-desain Oclo mengusung gaya minimalis yang wearable dan fungsional. Mulai dari blouse, hijab, celana, outer, rok, hingga tas—semua dirancang dengan mempertimbangkan kenyamanan dan aktivitas pelanggan. Baik untuk ke kantor, hangout santai, atau acara semi-formal, koleksi Oclo bisa jadi pilihan.
Perjalanan membangun Oclo tentu tidak selalu mulus. Di awal merintis, Yisti mengurus hampir semua proses sendiri—mulai dari desain produk, pengepakan, pengiriman, hingga melayani keluhan pelanggan. “Tapi justru dari situ aku belajar banyak hal. Soal efisiensi, soal prioritas, dan yang paling penting: belajar bertahan,” kenangnya.
Kini, Oclo telah menjelma menjadi brand fashion lokal yang punya sistem kerja rapi dan tim yang solid. Dengan lebih dari 90 talenta lokal terlibat di berbagai lini—seperti produksi, desain, pengemasan, hingga customer service—Oclo tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tapi juga membawa dampak sosial lewat penciptaan lapangan kerja.
“Lewat Oclo, alhamdulillah aku bisa bantu banyak orang dapetin penghasilan. Jadi, bisnis ini nggak cuma soal profit, tapi juga pemberdayaan,” tambah Yisti.
Transformasi digital jadi langkah kunci dalam perkembangan Oclo. Sejak 2017, Yisti mulai fokus menjadikan Shopee sebagai kanal utama penjualan. “Dulu balas pesan dan kelola pesanan satu-satu, tapi setelah pakai Shopee, semua jadi lebih efisien dan otomatis,” jelasnya.
Tak cuma itu, Yisti juga aktif memanfaatkan fitur-fitur Shopee seperti Shopee Live, Shopee Video, dan Shopee Affiliate Program. Interaksi langsung dengan pembeli lewat siaran live terbukti meningkatkan penjualan secara signifikan. Bahkan, kontribusi Shopee Live mencapai hingga 35% dari total penjualan Oclo.
Keikutsertaan Oclo dalam kampanye besar Shopee seperti Big Ramadan Sale dan Shopee 12.12 Birthday Sale juga mencatatkan hasil fantastis. Pada kampanye 12.12 tahun lalu, Oclo mencatat lonjakan pesanan hingga 7 kali lipat dibanding hari biasa. Saat ini, sekitar 90% penjualan Oclo berasal dari Shopee.
“Shopee itu bukan cuma platform jualan, tapi mitra pertumbuhan. Buat brand lokal kayak aku, Shopee kasih peluang besar buat berkembang dan dikenal lebih luas,” ungkap Yisti.
Tren Fashion 2025: Simpel, Fungsional, dan Hangat
Menghadapi tahun 2025, Yisti membaca pergeseran tren fashion yang mulai fokus pada tampilan clean look dan warna-warna hangat seperti earth tone dan cokelat mahogany. Model pakaian yang ringkas dan nyaman tapi tetap stylish semakin dicari, terutama oleh perempuan aktif yang ingin tampil effortless tapi tetap fashionable.
Menjawab tren tersebut, Oclo menyiapkan koleksi khusus yang relevan dan mudah dipadukan. Produk-produk best seller pun terus diproduksi ulang karena tingginya permintaan.
“Gaya hidup cepat sekarang bikin orang nggak mau ribet, tapi tetap mau tampil kece. Jadi Oclo harus adaptif,” tambah Yisti.
Strategi Pemasaran 2025: Berbasis Komunitas dan Konten Interaktif
Selain fokus pada produk, Oclo juga akan memperkuat strategi pemasaran berbasis komunitas. Perubahan perilaku belanja yang kini lebih responsif terhadap konten visual dan testimoni sesama pengguna jadi perhatian utama.
Dengan pendekatan community-driven, Oclo menggandeng content creator, affiliator, dan memaksimalkan program seperti Shopee Affiliate Program. Fitur interaktif seperti Shopee Live dan Shopee Video juga terus dioptimalkan untuk menjangkau audiens baru.
Tak hanya itu, Oclo juga sedang menyiapkan langkah ekspansi ke toko offline dengan rencana pembukaan gerai pertama di kawasan Jakarta pada tahun ini.
- 4 Film Bioskop Indonesia Temani Libur Panjang, Ada Tak Ingin Usai di Sini
- Apa yang Harus Dilakukan Investor Pemula Kala IHSG Tertekan Negosiasi AS-China?
- Kisah Tambang Nikel: dari Raja Ampat, Morowali dan Halmahera Tengah
Bagi Yisti, kunci memulai usaha bukanlah kesempurnaan, tapi keberanian untuk mencoba. “Aku nggak punya latar belakang fashion, awalnya cuma jastip sambil kuliah. Tapi aku jalani dengan belajar dari proses, banyak trial-error, dan nggak takut salah,” tuturnya.
Ia percaya bahwa setiap langkah kecil yang konsisten akan membawa hasil besar. “Nggak harus nunggu semuanya siap. Jalani dulu dengan hati, hasilnya akan datang seiring waktu,” tutupnya.