
Belum Nikah Tapi Sudah Investasi Buat Anak? Tren Baru Anak Muda Korea & Jepang!
- Pre‑parenting investment planning adalah strategi keuangan di kalangan anak muda Korea Selatan & Jepang yang mempersiapkan masa depan anak—yang bahkan belum lahir—dengan investasi dan persiapan keuangan matang. Mulai nabung, investasi, asuransi pendidikan, properti, bahkan reksa dana, sebelum menikah atau punya anak.
Tren Leisure
JAKARTA - Bayangin deh, kamu baru lulus kuliah, belum nikah, tapi udah mikirin investasi buat anak. Di Korea Selatan dan Jepang, ini bukan sekadar impian, tapi lagi jadi tren nyata yang disebut “pre-parenting investment planning.”
Yuk, kita gali bareng gimana generasi muda mereka mulai membangun kekuatan finansial demi masa depan—bahkan sebelum punya anak!
Pre‑parenting investment planning adalah strategi keuangan di kalangan anak muda Korea Selatan & Jepang yang mempersiapkan masa depan anak—yang bahkan belum lahir—dengan investasi dan persiapan keuangan matang. Mulai nabung, investasi, asuransi pendidikan, properti, bahkan reksa dana, sebelum menikah atau punya anak.
- Saham EBT Jadi 'Hidden Gem', Gen Z Pilih Mana? Adu Kuat BREN, PGEO, dan MEDC
- Ju Haknyeon Terjerat Skandal, THE BOYZ Lanjutkan Aktivitas dengan 10 Anggota
- Mengenal Keluarga Rothschild, Konglomerat Yahudi di Balik Berdirinya Israel
Kenapa Tren Ini Muncul?
1. Biaya Hidup & Anak yang Melambung
- Di Korea dan Jepang, biaya hidup, properti, dan pendidikan tumbuh sangat cepat .
- Bahkan rata-rata keluarga menghabiskan US$500–1.000 (setara Rp8 juta-Rp16 juta) tiap anak per bulan hanya untuk pendidikan tambahan .
2. Angka Fertilitas Super Rendah
- TFR Korea hanya 0.72 di 2023—terendah di dunia OECD .
- Jepang juga masuk krisis demografis, meski sedikit di atas .
3. Budaya Kerja & Ketidaksetaraan Gender
- Waktu kerja panjang, cuti ayah minim (6.8 % di Korea 2022), lalu beban kerja rumah tangga masih berat di ibu .
- Meski ada perbaikan—cuti ayah Jepang sampai 30% di 2023 .
4. Generasi MZ Fokus “YOLO”
- Anak muda Korea & Jepang lebih mementingkan hidup santai dan investasi sendiri dulu, dibanding menikah/beranak .
- Baca Juga: Menikah atau Menabung? Dilema Anak Muda Indonesia 2025
Strategi Pre‑Parenting: Inspirasi untuk Anak Muda
1. Menabung dan Alokasi Pendidikan
Sisihkan 10–20 % penghasilan ke rekening khusus anak. Bisa top-up investasi pasar modal, reksa dana edukasi, atau deposito jangka panjang.
2. Asuransi Jiwa & Pendidikan
Pilih paket asuransi yang cover risiko sekaligus menyediakan dana pendidikan anak di masa depan.
3. Properti & Dana Darurat
Kalau punya budget, investasi properti kecil atau REITs bisa jadi tabungan jangka panjang. Pastikan ada dana darurat 6–12 bulan untuk mengantisipasi situasi tak terduga.
4. Investasi Jangka Panjang
Reksa dana saham, indeks ETF, atau obligasi—sesuaikan dengan profil risiko jangka panjang. Di Jepang, literasi finansial perlu ditingkatkan agar makin banyak yang berinvestasi sejak dini .
5. Penuhi Pengetahuan Keuangan
Ikuti workshop, baca blog nasabah fintech atau baca laporan IMF tentang kebijakan keluarga di Asia untuk memahami strategi terbaik .
Dampak Positif & Pendukung Regulasi
Dampak Positif | Dukungan dari Kebijakan |
---|---|
Stabilitas keuangan keluarga | Regulasi cuti panjang untuk ayah (Korea 50 % by 2027) |
Mengurangi stres biaya saat anak lahir | Subsidi pemerintah untuk perawatan anak, tes kesuburan |
Perubahan budaya: ayah lebih aktif merawat | Peningkatan cuti ayah dari 2 % ke 30 % di Jepang |
Tips Praktis Buat Anak Muda Indonesia
- Mulai dari sekarang: gak perlu punya anak dulu untuk mulai menabung atau investasi.
- Gabungkan portfolio: reksa dana + asuransi + properti kecil = fondasi kokoh.
- Libatkan pasangan: diskusi soal target dana dan peran kedua belah pihak sejak sekarang.
- Manfaatkan regulasi lokal: cari tahu program pemerintah tentang asuransi pendidikan atau subsidi anak.
- Perkuat literasi finansial: baca inflasi, strategi investasi, dan ilmu keuangan.
Tren “pre-parenting investment planning” di Korea dan Jepang adalah bentuk adaptasi kreatif anak muda menghadapi biaya hidup tinggi, rendahnya angka kelahiran, dan tantangan gender. Dengan membangun pondasi keuangan sejak dini, kamu bisa siap ketika sudah menikah atau punya anak—tanpa harus panik atau terbebani.
Strategi ini bukan cuma soal dana: tetapi juga soal kesiapan mental, peran bersama pasangan, dan pemanfaatan kebijakan negara. Mulai yuk dari sekarang—karena masa depan anak adalah masa depan kita semua.