BCA Raih Award - Panji 3.jpg
Tren Pasar

BBCA Catat Laba Rp25 Triliun hingga Mei 2025, Ini 5 Sorotan Utamanya

  • Dengan kredit yang masih tumbuh kuat dan likuiditas terjaga, BBCA dinilai mampu menavigasi dinamika pasar secara hati-hati namun tetap progresif. Berikut lima poin kunci yang merangkum performa BBCA hingga akhir Mei 2025.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan pertumbuhan laba bank only sebesar 16% YoY menjadi Rp25,2 triliun hingga Mei 2025. Di bulan Mei saja, laba tercatat Rp5 triliun, didorong pendapatan bunga yang meningkat dan efisiensi biaya operasional.

Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Edi Chandren pencapaian ini mencerminkan kekuatan fundamental BBCA. Bahkan setelah mengesampingkan pendapatan dividen, pertumbuhan laba tetap mencapai dua digit. NIM mulai pulih, dan risiko kredit menunjukkan penurunan, meskipun masih sedikit di atas panduan manajemen.

Dengan kredit yang masih tumbuh kuat dan likuiditas terjaga, BBCA dinilai mampu menavigasi dinamika pasar secara hati-hati namun tetap progresif. Berikut lima poin kunci yang merangkum performa BBCA hingga akhir Mei 2025.

1. Laba Bank Only Tumbuh 16% YoY, Kuat Meski Tanpa Dividen

Selama Januari hingga Mei 2025, BBCA mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp25,2 triliun, tumbuh 16% YoY. Kinerja Mei sendiri cukup menonjol dengan laba Rp5 triliun, meningkat 12% dibanding tahun lalu dan 10% dibanding bulan sebelumnya.

Menariknya, jika pendapatan dividen dikeluarkan dari perhitungan, pertumbuhan laba masih mencapai 10% YoY. Ini mengindikasikan performa fundamental yang kuat, karena pertumbuhan tidak semata ditopang kontribusi anak usaha. Hal ini sekaligus lebih tinggi dari estimasi konsensus pasar yang memproyeksikan laba konsolidasi BBCA naik sekitar 6,4% sepanjang tahun ini.

2. Pendapatan Bunga dan Efisiensi Jadi Pilar Utama

Net Interest Income (NII) dan Non-Interest Income (Non-II) tumbuh masing-masing 7% YoY jika pendapatan dividen tidak dihitung. Pendapatan bunga di Mei 2025 tercatat Rp8 triliun, meningkat 9% YoY dan 4% MoM, mencerminkan potensi naiknya lending yield sesuai strategi manajemen.

Dari sisi biaya, operasional tetap efisien dengan pertumbuhan opex hanya 4% YoY. Dinamika ini membuat Pre-Provision Operating Profit (PPOP), tanpa dividen, naik sebesar 8% selama 5M25. Jika pendapatan dividen anak usaha ikut dihitung, Non-II BBCA bahkan naik 22% YoY—meski pada laporan konsolidasi, item ini akan dieliminasi.

3. Margin Bunga Bersih Mulai Pulih Setelah Lebaran

Net Interest Margin (NIM) BBCA naik menjadi 5,86% pada Mei 2025, membaik dari 5,56% pada April. Pemulihan ini mengindikasikan stabilisasi biaya dana dan mulai pulihnya daya tarik aset produktif setelah periode musiman Lebaran.

Secara kumulatif, NIM BBCA selama lima bulan pertama berada di level 5,73%, sejalan dengan guidance manajemen yang berada di kisaran 5,7%–5,8%. Menurut Edi, pencapaian ini penting karena menunjukkan keberhasilan BBCA dalam menjaga profitabilitas meskipun tekanan bunga simpanan tetap tinggi di pasar.

4. Credit Cost Turun Tajam, Tapi Masih Perlu Diwaspadai

Credit cost (CoC) atau biaya pencadangan risiko BBCA turun drastis menjadi 0,18% di Mei, dari sebelumnya 0,59% pada April. Ini mencerminkan mulai meredanya tekanan risiko kredit pasca-Idulfitri, seiring dengan perbaikan kualitas aset.

Namun, secara akumulatif, CoC selama 5M25 masih tercatat di 0,37%, lebih tinggi dibanding target manajemen yang sebesar 0,3% untuk tahun penuh. Edi mencermati bahwa tren penurunan ini tetap positif, namun ruang perbaikan harus terus dioptimalkan agar sesuai dengan panduan manajemen di semester kedua.

5. Kredit Tumbuh 12%, Likuiditas Tetap Kuat dan Sehat

Penyaluran kredit BBCA tumbuh 12% YoY per Mei 2025, masih dalam kisaran dua digit meski mulai melambat. Strategi pertumbuhan selektif ini dianggap tepat oleh Edi karena menjaga kualitas aset tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.

Sementara itu, likuiditas BBCA tetap sangat baik. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) berada di level 80%, sementara rasio dana murah (CASA) meningkat menjadi 83,2%. Ini memberikan bantalan biaya dana yang kuat dan fleksibilitas bagi BBCA untuk menjaga margin maupun ekspansi kredit ke depan.