Apel Gojek Korlantas - Panji 3.jpg
Tren Pasar

Asing Sudah Nyerok GOTO Setengah Triliun, Pertanda Apa?

  • Asing borong saham GOTO Rp648 miliar dalam 15 hari beruntun. Apakah ini sinyal comeback jelang rilis laporan keuangan?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang lama tertidur kini menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Setelah sempat menyentuh level terendahnya di Rp57, saham emiten teknologi ini berhasil rebound dan kembali ke level Rp65 pada akhir Juli.

Kebangkitan ini ternyata didorong oleh aksi borong masif dari investor asing. Data bursa menunjukkan mereka melakukan pembelian bersih selama 15 hari perdagangan beruntun (18 Juli - 7 Agustus), dengan total akumulasi mencapai Rp648,2 miliar.

Pembalikan sentimen ini terjadi tepat menjelang momen krusial: pengumuman laporan keuangan kuartal kedua yang dijadwalkan pada 13 Agustus 2025. Lantas, apa yang membuat asing begitu yakin dan apa saja yang dinantikan pasar? 

1. Alasan Asing Nyerok: Harga Dianggap Terlalu Murah

Analis Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga, aksi borong investor asing ini adalah sinyal kuat. Mereka kemungkinan besar melihat harga saham GOTO saat ini sudah terlalu tertekan dan jauh di bawah nilai wajarnya, terutama jika melihat potensi kinerja yang akan datang.

“Aksi borong investor asing ini, kemungkinan besar mereka melihat momentum tekanan harga saham GOTO sudah terlalu dalam dan jauh di bawah nilai wajarnya di tengah prospek kinerja kuartal kedua berpotensi positif,” terang Aditya dalam penjelasannya pada Senin, 11 Agustus 2025.

Keyakinan asing ini menjadi sentimen penting yang menopang harga saham. Akumulasi yang konsisten selama 15 hari menunjukkan adanya strategi jangka panjang dari investor global, bukan sekadar pergerakan spekulatif sesaat yang terjadi di pasar.

2. Mesin Pertumbuhan Baru: Lini Bisnis Fintech

Optimisme para analis kini tertuju pada lini bisnis financial technology (fintech) GOTO yang dinilai akan semakin profitabel. Aditya memproyeksikan segmen ini akan terus tumbuh seiring ekspansi pada bisnis pembayaran maupun pinjaman yang semakin masif.

Sementara itu, Equity Analyst OCBC Sekuritas, Gani, memperkuat pandangan ini. Ia memperkirakan portofolio pinjaman GoTo Financial (GTF) bisa tumbuh 54% secara tahunan menjadi Rp8 triliun hingga akhir tahun 2025, sejalan dengan target yang dipasang oleh manajemen GOTO.

Dengan pertumbuhan yang kuat di segmen fintech, GOTO membuktikan kemampuannya untuk menemukan sumber pendapatan baru yang solid. Ini menjadi bantalan penting bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan, bahkan setelah unit e-commerce-nya dilepas ke pihak lain.

3. Inovasi & Efisiensi di Bisnis Inti

Di luar fintech, GOTO juga dinilai masih mampu menjaga pangsa pasarnya di bisnis on-demand services (ODS) seperti transportasi dan pengantaran makanan. Kuncinya adalah fokus pada efisiensi dan inovasi layanan premium yang terus dikembangkan.

Gani melihat GOTO akan semakin gencar menggunakan Artificial Intelligence (AI) dan big data untuk mengoptimalkan insentif bagi para penggunanya. Selain itu, layanan premium seperti GoCar Luxe dan GoRide Comfort akan menjadi pendorong profitabilitas baru.

Peluang dari lini iklan juga dinilai sangat menjanjikan. "Pendapatan iklan tumbuh 45% year-on-year (yoy) di kuartal pertama tahun ini. Sehingga momentum tersebut diperkirakan berlanjut sepanjang tahun,” ujar Gani, menyoroti sumber pendapatan lain yang potensial.

4. Aksi Buyback Jumbo Rp3,3 Triliun

Kepercayaan diri tidak hanya datang dari analis, tetapi juga dari internal perusahaan. Pada RUPS 18 Juni 2025 lalu, pemegang saham menyetujui rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp3,3 triliun (US$200 juta) dalam 12 bulan ke depan.

Research Analyst Deutsche Bank, Peter Milliken, memaparkan bahwa langkah-langkah seperti buyback ini menjadi sinyal positif bagi tata kelola perusahaan dan para pemegang saham. Ini menunjukkan keyakinan manajemen terhadap nilai intrinsik perusahaannya di masa depan.

Selain buyback, disetujuinya alokasi saham treasuri untuk program insentif karyawan juga dipandang positif. Hal ini dinilai akan meningkatkan motivasi internal dan menyelaraskan kepentingan karyawan dengan para pemegang saham untuk jangka panjang.

5. Prospek ke Depan: Potensi Cuan 61% - 85%

Secara keseluruhan, konsensus analis yang dihimpun Bloomberg masih sangat positif terhadap saham GOTO. Dari 30 analis yang mengulasnya, sebanyak 23 analis memberikan rekomendasi "Beli" dan sisanya "Tahan", tanpa ada yang menyarankan untuk "Jual".

Rekomendasi ini tercermin pada target harga yang sangat optimistis dari para analis. Deutsche Bank mematok target harga di Rp115 per saham, sementara OCBC Sekuritas juga memberikan target yang kuat di level Rp100 per saham.

Dengan harga saham GOTO saat ini yang berada di level Rp62, target harga tersebut menyiratkan adanya potensi kenaikan yang sangat signifikan. Target dari OCBC memberikan potensi upside 61%, sementara target Deutsche Bank bahkan mencapai 85%.

Momen kebenaran akan tiba pada 13 Agustus saat GOTO merilis kinerjanya. Hasil laporan keuangan inilah yang akan menjadi validasi atas optimisme pasar, dan akan menentukan arah pergerakan harga saham GOTO di sisa tahun 2025.