Aktifitas Bursa Saham - Panji 2.jpg
Tren Pasar

Apakah Analisa Teknikal Efektif Digunakan pada Saham Lapis Ketiga?

  • Banyak trader mencoba menaklukkan saham-saham volatil ini dengan menggunakan senjata andalan mereka: analisis teknikal. Namun, pertanyaan besarnya adalah, apakah analisis teknikal benar-benar ampuh digunakan pada saham-saham seperti ini?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Bagi para pencari 'cuan' cepat, saham lapis ketiga atau yang populer disebut 'saham gorengan' seringkali sangat menggoda. Kenaikan harganya yang bisa puluhan persen dalam sehari memang terlihat sangat menarik di layar monitor.

Banyak trader mencoba menaklukkan saham-saham volatil ini dengan menggunakan senjata andalan mereka: analisis teknikal. Namun, pertanyaan besarnya adalah, apakah analisis teknikal benar-benar ampuh digunakan pada saham-saham seperti ini?

Jawabannya tidak sesederhana 'ya' atau 'tidak'. Ada tantangan besar yang membuat analisa teknikal di sini sangat berbeda. Mari kita bedah tuntas risiko dan strategi cerdasnya dalam lima poin penting.

1. Kenali Medan Perang: Karakter Unik Saham Lapis Ketiga

Sebelum bertransaksi, Anda harus paham dulu medannya. Saham lapis ketiga umumnya memiliki kapitalisasi pasar (market cap) kecil, yaitu di bawah Rp1 triliun. Sebagai perbandingan, saham lapis kedua berada di rentang Rp1-10 triliun, dan lapis satu (blue chip) di atas Rp10 triliun.

Karena nilai perusahaannya yang relatif kecil, saham lapis ketiga cenderung sepi peminat dan memiliki likuiditas yang sangat rendah. Akibatnya, harga menjadi sangat sensitif dan volatil, menjadikannya 'kolam bermain' favorit bagi para "bandar".

2. Sinyal Palsu dan Volume Tipu-tipu

Risiko pertama dan paling umum adalah mendapatkan sinyal palsu. Indikator teknikal populer seperti RSI atau Moving Average bisa menjadi tidak akurat karena data volume dan harga yang sangat tipis, membuatnya mudah memberikan sinyal beli atau jual yang menipu.

Selain itu, perhatikan volume yang 'tipu-tipu'. Kenaikan harga yang signifikan bisa saja terjadi tanpa didukung oleh volume yang kuat. Ini adalah 'jebakan' klasik yang seringkali menandakan harga sedang 'digoreng', bukan karena ada minat beli yang tulus.

3. Jebakan Bandar Lewat Pola Grafik

Risiko terbesar saat menganalisis saham lapis ketiga adalah adanya potensi manipulasi harga oleh 'bandar'. Karena kapitalisasi pasarnya kecil, tidak butuh dana besar untuk 'menggambar' grafik sesuai keinginan mereka untuk menjebak para investor ritel.

Pola-pola grafik 'cantik' yang terlihat sangat meyakinkan, seperti breakout dari konsolidasi, bisa jadi sengaja diciptakan. Tujuannya adalah untuk memancing investor ritel masuk dan membeli di harga yang semakin tinggi.

Setelah target harga mereka tercapai dan investor ritel sudah ramai masuk, 'bandar' akan melakukan aksi jual besar-besaran atau 'guyuran'. Hal inilah yang membuat harga saham anjlok seketika dan membuat investor ritel terjebak di harga puncak.

4. Strategi Cerdas Bagi Para Pemberani

Meskipun berisiko, bukan berarti sama sekali tidak bisa dianalisis. Kunci utamanya adalah fokus pada analisis volume. Kenaikan harga yang tidak disertai lonjakan volume yang signifikan adalah sebuah bendera merah (red flag) yang patut dicurigai.

Gunakan indikator lain dengan ekstra hati-hati. Jangan langsung percaya jika RSI menunjukkan overbought (jenuh beli), karena pada saham yang sedang 'digoreng', kondisi overbought bisa bertahan sangat lama. Lakukan juga cek fundamental sederhana, apakah perusahaannya masih beroperasi atau tidak.

5. Manajemen Risiko adalah Kunci

Aturan paling mutlak saat trading saham seperti ini adalah manajemen risiko yang super ketat. Wajib hukumnya untuk menentukan titik stop loss sebelum Anda membeli, dan harus disiplin untuk keluar jika harga bergerak berlawanan arah.

Jangan serakah. Mengingat volatilitasnya yang tinggi, jangan ragu untuk mengambil untung (take profit) secara bertahap jika sudah tercapai. Ingat, trading di saham lapis ketiga lebih cocok untuk jangka sangat pendek bagi trader yang sudah sangat berpengalaman.