BNI Bidik Milenial Investasi Digital .jpg
Tren Pasar

Anomali BBNI: Laba Turun, Tapi Aset dan Kredit Tumbuh Kencang

  • Laba BNI (BBNI) turun 5,58%, tapi kenapa kredit & asetnya tumbuh kencang? Pahami dua sisi kinerja BNI dan apa artinya bagi investor.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) merilis rapor kinerjanya, dengan mencetak laba bersih Rp10,09 triliun pada semester I-2025. Angka ini terkoreksi 5,58% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp10,69 triliun.

Namun di balik angka laba yang terkoreksi, mesin bisnis BNI justru terlihat sedang 'tancap gas'. Bank pelat merah ini berhasil mencatatkan pertumbuhan dua digit pada total aset dan dana pihak ketiga, serta pertumbuhan kredit yang solid.

Kinerja dua sisi ini tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi investor: kenapa bisnisnya tumbuh tapi labanya turun, dan bagaimana respon pasar serta pandangan analis teknikal? Mari kita bedah tuntas lima poin penting dari laporan keuangan BNI.

1. Sisi Positif: Mesin Bisnis Tetap 'Ngegas'

Dari sisi bisnis, BNI menunjukkan ekspansi yang solid. Penyaluran kreditnya tercatat tumbuh menjadi Rp778,68 triliundari sebelumnya Rp726,98 triliun. Pertumbuhan ini juga mendorong total aset bank naik signifikan menjadi Rp1.201,65 triliun dari Rp1.072,45 triliun.

Pertumbuhan juga terlihat dari sisi pendanaan, di mana total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun naik menjadi Rp899,86 triliun dari Rp772,32 triliun. Sumber utamanya adalah dana murah atau CASA yang kini porsinya mencapai Rp647,55 triliun.

2. Sisi Negatif: Kenapa Labanya Malah Turun?

Meskipun bisnisnya tumbuh, laba tertekan. Pendapatan bunga bersih sebenarnya masih tumbuh menjadi Rp19,51 triliundari sebelumnya Rp19,07 triliun. Namun, kenaikan ini tidak cukup kuat untuk menopang laba secara keseluruhan.

Penyebab utamanya adalah penurunan pendapatan komisi menjadi Rp4,84 triliun dan kenaikan beban pencadangan menjadi Rp3,71 triliun. Kombinasi inilah yang menjadi pemberat utama bagi perolehan laba bersih perseroan di semester pertama ini.

Selain itu, BNI juga mengalami tekanan pada profitabilitasnya. Margin bunga bersih (NIM) tercatat menurun dari 4,02% menjadi 3,83%. Rasio efisiensi (BOPO) juga sedikit memburuk, menandakan biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan.

3. Kualitas Aset: Masih Terjaga dengan Baik

Di tengah tantangan profitabilitas, BNI berhasil menjaga kualitas asetnya dengan sangat baik. Rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) Gross justru membaik dari 1,98% menjadi 1,95%, menunjukkan manajemen risiko yang tetap pruden.

Kualitas aset yang terjaga ini menjadi bantalan penting bagi BNI. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun margin sedang tertekan, risiko dari kredit-kredit yang disalurkan masih berada dalam level yang sangat aman dan terkendali.

4. Apa Artinya Ini Bagi Investor Fundamental?

Laporan keuangan BNI kali ini menunjukkan sebuah pertarungan antara pertumbuhan dan profitabilitas. Bank ini sedang dalam fase ekspansi yang berhasil, namun harus dibayar dengan margin keuntungan yang sedikit menipis untuk sementara waktu.

Bagi investor fundamental, tantangan ke depan adalah melihat apakah BNI mampu mengubah pertumbuhan kredit dan dana murah yang kuat ini menjadi margin keuntungan yang lebih baik di kuartal-kuartal berikutnya. Jika berhasil, maka ini bisa menjadi sinyal pemulihan yang solid.

5. Respon Pasar & Rekomendasi Analis Teknikal

Pasar merespon laporan keuangan ini dengan hati-hati. Pada perdagangan hari ini, Jumat, 25 Juli 2025, saham BBNI terpantau bergerak melemah -2,13% ke level Rp4.130. Pelemahan ini membuat kinerja year to date saham ini terkoreksi -10,02%.

Namun, di tengah pelemahan ini, analis teknikal dari MNC Sekuritas justru melihat adanya peluang. Mereka merekomendasikan strategi buy on weakness atau beli saat harga sedang terkoreksi, dengan area pembelian ideal di rentang harga Rp4.150 hingga Rp4.200 per saham.

Rekomendasi ini dilengkapi dengan rencana trading yang jelas. Target harga jual atau target price untuk jangka pendek ditetapkan di level Rp4.290 hingga Rp4.440. Untuk membatasi risiko, level stop loss disarankan jika harga tembus ke bawah Rp4.040.