
Anak Muda Mulai Lirik Sepeda, Tapi Belum Jadi Moda Utama
- Di tengah kemacetan yang semakin parah dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak kunjung turun, sepeda menjadi opsi alternatif yang mulai dilirik sejumlah anak muda urban. Namun, ternyata bersepeda belum sepenuhnya menggantikan kendaraan bermotor mereka.
Tren Leisure
JAKARTA - Di tengah kemacetan yang semakin parah dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak kunjung turun, sepeda menjadi opsi alternatif yang mulai dilirik sejumlah anak muda urban.
Namun, ternyata bersepeda belum sepenuhnya menggantikan kendaraan bermotor mereka. Sakti Darma (25), pekerja kreatif di kawasan Tendean, Jakarta Selatan mengaku, membeli sepeda pertamanya pada Maret 2025.
“Niat awalnya memang untuk bike to work dan saya kangen sensasi bersepeda sejak SD dan SMP,” kata Sakti. Namun kondisi kantong membuatnya menunda membeli sepeda hingga punya cukup tabungan kala itu.
- Industri di Seluruh Asia Masih Lesu, Tarif AS dan Permintaan Global Jadi Penghambat
- BRI Pastikan Operasional Tetap Lancar Meski Ada Pengusutan Kasus oleh KPK
- Siapa Bob Vylan? Musisi Punk yang Visanya Dicabut AS Usai Hujat Israel
Hal lain yang membuat Sakti memantapkan hati untuk memiliki sepeda karena dipengaruhi oleh kasus dugaan kasus korupsi dan BBM 'oplosan' Pertamina tahun ini yang menangkap Direktur Utama PT Patra Pertamina Niaga Riva Siahaan. Selain itu akhirnya ia beralih ke BBM swasta.
Lebih lanjut sepeda yang dipilih Sakti bukan model sembarangan. Ia sempat membeli Federal Alleycat, sepeda jadul buatan Indonesia, seharga Rp1,4 juta via Facebook. Setelah di-upgrade part-part sepeda yang lebih segar, total biayanya tembus Rp3,4 juta.
“Sekarang saya juga punya sepeda fixie Bianchi Pista Dalmine. Beli second di Facebook juga, Rp4,5 juta,” katanya. Menurut Sakti, memilih sepeda yang tepat bisa jadi investasi karena harga jual kembalinya bisa sama atau bahkan lebih tinggi.
Alasan pria 25 tahun ini mengganti sepeda ke fixie karena fokusnya hanya di perkotaan, bukan untuk blusukan ke alam. Dan menurutnya tampilan sepeda fixie juga lebih simple dan perawatannya cukup mudah.
"Alasan lainnya karena sepeda tersebut pabrikan Italia. Rencana selanjutnya saya mau beli sepeda Italia lain, tapi dengan merek Cinelli. Sekarang masih nabung dulu karena harganya belasan juta rupiah," ceritanya sambil menggaruk kepala.
Untuk keseharian Sakti pun rutin memadukan sepeda dengan kendaraan lain. Misalnya mengendarai motor dominan sekitar 3 hari kerja. sepeda 1–2 hari kerja. Sisanya ia pakai untuk kegiatan di akhir pekan.
Tetap Waras Dengan Sepeda
Cerita lain datang dari Gen Z bernama Diki (25), seorang copywriter yang sehari-hari bekerja di Jakarta, memilih bersepeda bukan karena faktor ekonomi, melainkan untuk hobi dan menyeimbangkan hidup.
“Alasan saya bersepeda untuk mengisi hari-hari dengan pelan dan sederhana. Agar tetap waras di kota yang serba cepat ini,” kata Diki kepada TrenAsia.id pada Selasa, 1 Juli 2025.
Meski begitu, Diki mengakui pekerjaannya yang menuntut mobilitas kesana-kemari membuat sepeda belum bisa jadi moda transportasi utamanya. “Sekarang masih mobile ke mana-mana pakai motor. Kalau kerja kantoran mungkin bakal mempertimbangkan bike to work, tapi sekarang agak PR banget kalau naik sepeda,” katanya sambil tertawa.
Ia sudah lebih dari setahun bersepeda, meski tidak rutin untuk aktivitas kerja. Sepedanya lebih dipakai untuk rekreasi atau olahraga ringan.
Menurut Diki, bersepeda memang akan tetap lebih hemat, terutama jika dibandingkan dengan pengeluaran kecil yang luput disadari. “Kalau ke minimarket naik motor biasanya bayar parkir. naik sepeda gratis,” ujarnya.
Baik Diki maupun Sakti sepakat bahwa bersepeda memang lebih hemat. Namun untuk jarak jauh, mereka merasa tidak selalu praktis. “Kalau jaraknya 10-15 km masih oke. Lebih dari itu, badan pegal-pegal, ujungnya boros buat obat atau makanan,” kata Sakti.
Keduanya mencerminkan tren anak muda perkotaan yang mulai sadar pada opsi transportasi non-BBM. Namun keterbatasan infrastruktur, keamanan parkir, dan tuntutan mobilitas harian membuat sepeda lebih banyak dipakai sebagai pelengkap, bukan pengganti utama kendaraan bermotor.