1000453647.jpg
Tren Ekbis

Aesthetic Packaging atau Teknik Jualan? Ini Cara UMKM Dongkrak Omzet di Era Scroll Cepat

  • Label halal, izin edar, hingga informasi kedaluwarsa kini menjadi faktor pertimbangan utama sebelum membeli, bahkan bagi konsumen non-Muslim.

Tren Ekbis

Debrinata Rizky

JAKARTA – Di era visual dan scroll cepat seperti sekarang aesthetic packaging kerap dianggap sebagai kunci sukses pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Namun menurut Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesioa (Akumandiri), Hermawati Setyorinny kemasan menarik hanyalah entry point atau awal sehingga bukan jaminan omzet melejit.

"Orang sekarang beli itu pakai mata dulu. Kadang enggak niat beli, tapi begitu lihat tampilannya menarik, langsung penasaran dan akhirnya beli. Tapi itu baru awal. Yang bikin orang repeat order itu rasa, kualitas, legalitas, dan harga," ujar Hermawati kepada TrenAsia.id pada Rabu, 25 Juni 2025.

Hermawati menyebut, tren konsumen saat ini makin kritis dan sadar akan aspek kehalalan dan keamanan produk. Label halal, izin edar, hingga informasi kedaluwarsa kini menjadi faktor pertimbangan utama sebelum membeli, bahkan bagi konsumen non-Muslim.

"Halal itu sekarang sudah dimaknai sebagai standar kualitas dan kebersihan, bukan cuma soal agama. Mereka ingin tahu bahan bakunya dari mana, prosesnya bagaimana, bahkan air yang dipakai bersih atau tidak. Itu semua jadi penentu," jelasnya.

Sayangnya, menurut dia, masih banyak pelaku UMKM belum mengetahui bahwa pemerintah memiliki program sertifikasi halal gratis. Sosialisasi minim dan proses yang dianggap membingungkan membuat peluang ini belum banyak dimanfaatkan.

Marketing Enggak Cukup Modal Upload

Selain kemasan, katanya pelaku UMKM juga harus berani tampil aktif dan kreatif dalam pemasaran. Tidak cukup hanya mengandalkan unggahan pasif di marketplace atau media sosial.

"Masuk ke e-commerce tapi diem aja, ya nggak akan laku. Harus aktif promosi. Kadang ada juga yang malu-malu nawarin ke temennya sendiri. Padahal jualan itu bukan aib," ucapnya.

Status WhatsApp, Instagram Story, hingga PO (pre-order) di grup pertemanan menjadi strategi sederhana yang kerap digunakan pelaku UMKM. Yang penting konsisten, berani, dan jaga kepercayaan konsumen agar mereka mau kembali membeli.

"Kunci keberhasilan itu bukan hanya produk bagus, tapi juga trust. Apa yang tampil di online, harus sama dengan yang diterima konsumen. Kalau kecewa, mereka nggak akan balik lagi," pungkasnya.

Sekadar informasi, Penyaluran kredit untuk UMKM pada Mei 2025 tumbuh sebesar 1,9% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp1.401,2 triliun. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,3% yoy.

Berdasarkan Analis Perkembangan Uang Beredar yang diterbitkan Bank Indonesia, pertumbuhan kredit UMKM tersebut didorong oleh kredit UMKM skala kecil. Sedangkan, kredit UMKM skala mikro dan menengah mengalami kontraksi.

Secara rinci, kredit UMKM pada skala kecil yang tumbuh sebesar 9,6% yoy menjadi Rp472,3 triliun, meningkat tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,5%.

Sementara itu, kredit UMKM skala mikro mengalami kontraksi 1,9% menjadi Rp626,9 triliun, setelah pada bulan sebelumnya atau April 2025 juga terkontraksi 2,5%.

Kemudian, kredit UMKM skala menengah juga menurun sebesar 1% menjadi Rp302 triliun, setelah pada April 2025 tumbuh sebesar 2,30%.