
Adu Yield Dividen BUMN Tambang 2024 Lawan Obligasi Negara
- Bagi investor, fokus utama seharusnya bukan pada nominal dividen, melainkan pada dividend yield, rasio antara dividen per saham terhadap harga saham. Konsep ini memberikan gambaran imbal hasil riil atas modal yang diinvestasikan.
Tren Pasar
JAKARTA - Musim Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024 kembali menghadirkan keputusan penting dari tiga raksasa tambang BUMN, yakni, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS).
Ketiganya kompak mengumumkan akan membagikan dividen untuk tahun buku 2024 pada Kamis, 12 Juni 2025. Dari muncul pertanyaan, seberapa menarik imbal hasilnya jika dibandingkan dengan instrumen investasi yang lebih aman seperti Obligasi Negara?
Bagi investor, fokus utama seharusnya bukan pada nominal dividen, melainkan pada dividend yield, rasio antara dividen per saham terhadap harga saham. Konsep ini memberikan gambaran imbal hasil riil atas modal yang diinvestasikan. Sebagai contoh, dividen Rp200 dari saham seharga Rp2.000 (yield 10%) jelas lebih menarik daripada dividen Rp500 dari saham seharga Rp10.000 (yield 5%).
- Berawal dari Bikin Jastip, Kini Punya Brand Fashion Sendiri dan Pekerjakan 90 Orang
- Air India Crash, Kenapa Boeing Selalu Diawali dan Diakhiri Angka 7?
- Impor Tanpa Regulasi Bikin Industri TPT Merana, Lapangan Kerja Anak Muda Terancam
Berdasarkan data perdagangan, 13 Juni 2025, sahamPTBA memimpin dengan yield sekitar 11,1% dari harga saham Rp2.990 dan dividen Rp332. Menyusul di belakangnya adalah TINS yang memberikan yield sekitar 5,45% dari harga saham Rp1.170, sementara ANTM menghasilkan yield terendah di angka 4,6% dari harga saham Rp3.300.
Angka-angka tersebut menjadi lebih bermakna jika dibandingkan dengan tolok ukur investasi bebas risiko. Mengacu data TradingEconomics pada hari yang sama, yield Obligasi Pemerintah tenor 10 tahun berada di kisaran 6,70%. Dengan perbandingan ini, terlihat jelas bahwa hanya imbal hasil dividen PTBA yang mampu melampaui penawaran dari obligasi negara.
Dilema Investor: Keamanan vs Potensi Pertumbuhan
Investor kini dihadapkan pada dilema klasik antara keamanan dan potensi pertumbuhan. Di satu sisi, Obligasi Negara menawarkan keamanan absolut yang dijamin oleh negara serta pembayaran kupon tetap, menjadikannya pilihan ideal bagi investor konservatif.
Di sisi lain, saham dividen menawarkan proposisi yang lebih dinamis, dengan potensi pendapatan pasif ditambah peluang kenaikan harga saham (capital gain). Namun, imbal hasil yang lebih tinggi ini datang dengan risiko yang sepadan, karena dividen tidak dijamin dan sangat bergantung pada kinerja perusahaan serta siklus komoditas.
Secara praktis, bagi investor yang memprioritaskan keamanan modal dan arus kas yang dapat diprediksi, yield obligasi sebesar 6,70% tampak lebih unggul dibandingkan TINS dan ANTM. Namun, bagi mereka dengan profil risiko lebih agresif yang mencari imbal hasil superior, PTBA dengan yield dua digitnya menjadi pilihan yang sangat menarik.
Pada akhirnya, keputusan ideal tidak memilih salah satu, melainkan merancang portofolio yang seimbang. Diversifikasi dengan menempatkan sebagian dana di obligasi negara untuk stabilitas dan sebagian lagi di saham berdividen tinggi seperti PTBA dapat menjadi strategi optimal. Dividend yield adalah titik awal analisis, namun memahami strategi di baliknya adalah kunci untuk keputusan investasi yang cerdas.