Gedung Adaro .jpg
Tren Pasar

ADRO Lagi Sakit Jangka Pendek, Tapi Punya Obat Jangka Panjang

  • Di balik rapor merah laba ADRO pada kuartal I-2025, fundamental perusahaan yang sehat dengan utang rendah justru membuka potensi menarik bagi para value investor.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Laporan keuangan terbaru emiten raksasa batu bara, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), mungkin membuat banyak investor cemas. Bagaimana tidak, pada kuartal I-2025, laba bersih perusahaan tercatat anjlok hingga 79% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan tajam ini ikut menekan harga sahamnya, yang pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025, berada di level Rp1.740 per saham. Melihat angka-angka merah ini, wajar jika banyak yang bertanya-tanya tentang prospek saham ADRO ke depan.

Namun, di tengah kabar buruk ini, analis dari Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, justru menyematkan rekomendasi "Beli" untuk saham ini. Mengapa di saat kinerja terlihat melemah, analis malah melihat adanya peluang? Mari kita bedah lima poin penting di baliknya.

1. Rapor Merah ADRO

Pertama, kita harus jujur melihat 'rapor merah'-nya. Pada kuartal I-2025, kinerja ADRO memang sedang tidak baik-baik saja. Pendapatan operasionalnya turun 22% menjadi US$381,6 juta, dan laba operasionalnya terjun bebas 52%.

Pukulan terberat ada di laba bersih, yang turun drastis dari US$426,1 juta menjadi hanya US$87,3 juta. Penurunan laba hingga 79% ini tentu menjadi sentimen negatif utama yang menekan harga sahamnya belakangan ini.

Kondisi ini menunjukkan bahwa bisnis inti ADRO, yaitu batu bara, sedang menghadapi tantangan berat, kemungkinan besar akibat normalisasi harga komoditas dari level puncaknya beberapa waktu lalu.

2. Ada Dompet Tebal dan Utang Sehat

Di sinilah letak sisi menariknya. Meskipun labanya turun, kondisi 'kesehatan' keuangan ADRO justru sangat kuat dan solid. Analis menyoroti rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang sangat rendah, hanya 0,23 kali.

Secara sederhana, ini artinya modal perusahaan jauh lebih besar dibandingkan utangnya. Ini memberikan bantalan keamanan yang sangat tebal untuk menghadapi gejolak pasar. Kemampuan mereka untuk membayar bunga utang bahkan meningkat pesat.

Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, mengonfirmasi hal ini dalam risetnya. “Struktur keuangan ADRO tetap solid, dengan penurunan utang dan peningkatan rasio likuiditas,” tulisnya dikutip pada Rabu, 9 Juli 2025.

3. Strategi Irit di Tengah Badai

Manajemen ADRO tampaknya sadar betul dengan kondisi pasar yang tidak menentu. Alih-alih jor-joran, mereka kini menerapkan strategi yang lebih konservatif dan fokus pada efisiensi untuk menjaga profitabilitas atau 'cuan'.

Tahun ini, target belanja modal (capex) mereka dipangkas menjadi lebih efisien, di kisaran US$475-525 juta. Mereka juga menurunkan stripping ratio (rasio pengupasan tanah), sebuah langkah teknis untuk membuat proses penambangan lebih hemat biaya.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa manajemen sedang 'mengencangkan ikat pinggang' dan fokus untuk menghasilkan laba semaksimal mungkin dari setiap ton batu bara yang mereka jual, sebuah strategi yang bijak di tengah ketidakpastian.

4. Dari Anak Usaha Gacor Hingga Energi Terbarukan

Meskipun bisnis batu bara termal sedang menantang, ADRO tidak diam saja. Mereka memiliki 'mesin pertumbuhan' lain dari anak usahanya, PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), yang justru mencatatkan pertumbuhan kuat berkat lonjakan volume penjualan batu bara metalurgi.

Selain itu, dengan kondisi keuangan yang sehat dan utang yang rendah, ADRO punya 'amunisi' yang lebih dari cukup untuk membiayai ekspansi ke bisnis masa depan. Salah satu yang paling disorot adalah potensi mereka untuk masuk lebih dalam ke sektor energi terbarukan.

5. Jadi, Worth It Gak Beli ADRO Sekarang? 

Setelah melihat sisi buruk dan baiknya, Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi "Beli" untuk saham ADRO dengan target harga wajar dalam 12 bulan ke depan di Rp2.020 per saham. Mengacu kondisi harga sekarang, maka investor berpeluang memperoleh gain yang lumayan bukan.

Meskipun valuasinya dari sisi P/E Ratio (10,5x) sedikit lebih mahal dari rata-rata sektornya (7,6x), namun dari sisi lain yaitu P/BV Ratio (0,68x), valuasinya justru jauh lebih murah dari rata-rata sektor (1,14x).

Rekomendasi beli ini didasarkan pada keyakinan bahwa fondasi keuangan ADRO yang sangat kuat, ditambah strategi efisiensi dan potensi ekspansi ke bisnis baru, akan mampu membuat perusahaan melewati tantangan jangka pendek dan kembali bertumbuh di masa depan.