1627455375650.webp
Tren Pasar

AADI dan SCMA Jadi Anggota Baru LQ45, Seberapa Cerah Prospek Keduanya?

  • Status naik kelas ini merupakan sebuah peristiwa penting. Masuk ke dalam indeks unggulan seringkali menempatkan sebuah saham dalam sorotan investor institusional dan berpotensi mendatangkan aliran dana segar.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meresmikan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) sebagai anggota baru dalam indeks paling bergengsi, LQ45, untuk periode Agustus 2025.

Status ‘naik kelas’ ini merupakan sebuah peristiwa penting. Masuk ke dalam indeks unggulan seringkali menempatkan sebuah saham dalam sorotan investor institusional dan berpotensi mendatangkan aliran dana segar.

Lantas, bagaimana prospek kedua emiten ini setelah resmi menjadi bagian dari klub elit bursa, serta bagaimana reaksi pasar terhadap informasi ini? Mari kita bedah tuntas lima poin penting yang perlu diperhatikan oleh para investor.

1. Prospek Jangka Pendek: Terkerek 'Efek Masuk Indeks'

Prospek positif paling cepat bagi AADI dan SCMA adalah adanya ‘Efek Masuk Indeks’. Ini adalah fenomena di mana sebuah saham mengalami kenaikan harga setelah diumumkan menjadi bagian dari indeks acuan utama seperti LQ45.

Menurut analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, hal ini terjadi karena para manajer investasi (fund manager) yang produknya melacak indeks LQ45, secara otomatis perlu membeli saham AADI dan SCMA. Potensi aksi borong inilah yang bisa mengangkat harga saham keduanya dalam jangka pendek.

2. Prospek Fundamental AADI: Menanti Kebangkitan Batu Bara

Untuk jangka panjang, prospek AADI sangat bergantung pada kebangkitan kembali permintaan batu bara global. Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai ada beberapa sentimen yang bisa menjadi pendorong utama untuk sektor ini.

Harapan perbaikan ekonomi global, yang didukung oleh kepastian dinamika perdagangan internasional, dapat meningkatkan permintaan komoditas. Selain itu, kebutuhan energi menjelang musim dingin di sejumlah negara juga berpotensi menjadi katalis positif bagi harga batu bara.

3. Prospek Fundamental SCMA: Menunggangi Gelombang Streaming

Berbeda dengan AADI, prospek SCMA lebih ditopang oleh tren domestik yang sangat kuat. Masa depan emiten media ini sangat berkaitan dengan pertumbuhan industri video on demand atau layanan streaming yang terus meningkat pesat di Indonesia.

Seiring dengan membaiknya konektivitas digital dan penetrasi internet di seluruh nusantara, Nafan menilai jumlah penonton layanan streaming akan terus bertambah. Pertumbuhan audiens inilah yang menjadi ‘angin segar’ berkelanjutan bagi model bisnis SCMA ke depan.

4. Target Harga Analis: Potensi Cuan yang Signifikan

Meskipun kinerja harga saham AADI secara YTD masih negatif, pandangan para analis terhadap prospek jangka panjangnya justru sangat bullish. Hal ini menandakan adanya potensi valuasi yang masih sangat menarik (undervalued) di level harga saat ini.

Berdasarkan data konsensus Bloomberg, seluruh 15 analis yang mengulas saham AADI memberikan rekomendasi "Beli". Target harga rata-rata dalam 12 bulan ke depan bahkan dipatok di level Rp11.648, menunjukkan adanya potensi kenaikan yang sangat signifikan.

5. Bagaimana Reaksi Pasar Hari Ini?

Pasar merespon positif pengumuman masuknya AADI dan SCMA ke dalam indeks LQ45. Pada perdagangan hari ini, Senin, 28 Juli 2025, kedua saham tersebut kompak bergerak di zona hijau, menunjukkan antusiasme investor terhadap anggota baru ini.

Saham SCMA menjadi yang paling kencang lajunya, dengan melesat +4,47% ke level Rp187. Penguatan ini melanjutkan tren positifnya, di mana secara year to date saham media ini sudah berhasil tumbuh lebih dari +13,97%.

Sementara itu, saham AADI juga ikut menguat +1,82% ke level Rp7.000. Meskipun begitu, penguatan ini menjadi awal dari perjuangan panjangnya, mengingat secara year to date saham ini masih tercatat melemah sebesar -14,59%.