<p>Presiden Direktur PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Tri Boewono (kiri) bersama dengan Komisaris MDKA Garibaldi Thohir (tengah) dan Komisaris Independen MDKA M. Munir (kanan) di sela Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB) di Jakarta, Rabu, 29 Juli 2020. MDKA mencatatkan kinerja gemilang pada 2019 dengan diselesaikannya proyek ekspansi oksida di Tambang Emas Tujuh Bukit serta produksi emas dan perak perusahaan melampaui target 2019 dibandingkan dari tahun sebelumnya. Dalam RUPSLB hari ini, para pemegang saham MDKA menyepakati untuk melakukan pembelian kembali saham atau _buyback_ sebanyak-banyaknya 2% saham dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan dengan alokasi dana maksimal Rp 568 miliar dilaksanakan secara bertahap sampai paling lama 18 bulan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Tren Pasar

7 Alasan Merdeka Copper Gold (MDKA) Bakal Jadi Raja Emas dan Nikel Indonesia

  • PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berpotensi menjadi raja tambang baru Indonesia. Perusahaan ini ditopang dua pilar kuat: bisnis nikel yang sudah terbukti mendatangkan pendapatan stabil, dan Proyek Emas Pani yang siap mengangkat produksi emas ke level tertinggi nasional.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berpotensi menjadi raja tambang baru Indonesia. Perusahaan ini ditopang dua pilar kuat: bisnis nikel yang sudah terbukti mendatangkan pendapatan stabil, dan Proyek Emas Pani yang siap mengangkat produksi emas ke level tertinggi nasional.

Kinerja keuangan MDKA juga mencerminkan kekuatan fundamentalnya. Sepanjang 2024, perusahaan mencatat pendapatan US$2,24 miliar, naik 31,2% dibanding tahun sebelumnya. Lonjakan ini didorong efisiensi operasional yang menekan biaya produksi nikel dan menjaga margin tetap sehat.

Dengan portofolio nikel, emas, dan tembaga, MDKA membangun struktur pendapatan yang solid sekaligus mendukung transisi energi global. Kombinasi inilah yang membuat MDKA layak diperhitungkan sebagai pemimpin baru industri pertambangan nasional.

1. Pendapatan Meroket Berkat Nikel

Kinerja keuangan PT Merdeka Copper Gold Tbk menunjukkan soliditas yang luar biasa. Perseroan berhasil membukukan pendapatan tahunan sebesar US$2,24 miliar, yang menandai peningkatan signifikan sebesar 31,2% jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tahun fiskal 2023.

Pilar utama dari pertumbuhan fantastis ini adalah kontribusi dari segmen nikel. Melalui anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), segmen ini menjadi tulang punggung perusahaan dengan menyumbang hingga 82,4% dari total pendapatan MDKA secara keseluruhan.

2. Efisiensi Produksi Nikel yang Juara

Keunggulan operasional MDKA tercermin dari kemampuannya menekan biaya produksi. Efektivitas tiga smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) berhasil menurunkan cash cost produksi nickel pig iron (NPI) sebesar 6,86% secara kuartalan menjadi US$10.037 per ton pada kuartal IV tahun lalu.

Meskipun harga jual rata-rata (ASP) NPI mengalami sedikit penurunan, keberhasilan efisiensi ini justru membuat margin keuntungan melonjak tajam. Tercatat, margin laba MDKA dari nikel naik signifikan sebesar 46,3% menjadi US$1.850 per ton, menunjukkan profitabilitas yang sangat sehat.

3. Kilau Bisnis Emas yang Semakin Terang

Di samping nikel, bisnis emas MDKA juga menunjukkan performa yang sangat impresif. Produksi dari Tambang Emas Tujuh Bukit (TB Gold) tercatat mencapai 35,82 ribu oz pada kuartal IV tahun lalu. Angka ini menunjukkan adanya kenaikan produksi sebesar 21,41% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Momentum positif ini dimanfaatkan secara optimal oleh MDKA di tengah ketidakpastian ekonomi global. Didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 11,06%, realisasi cash margin emas berhasil meningkat sebesar 16,71% secara kuartalan menjadi US$1.697 per oz.

4. Proyek Emas Pani: Jalan Menuju Status "Raja Emas"

Proyek Emas Pani digadang-gadang akan menjadi pengubah peta industri emas di Indonesia. Proyek ini diproyeksikan dapat mencapai puncak produksi tahunan hingga 500 ribu ons. Kapasitas sebesar ini akan menempatkan Pani sebagai salah satu tambang emas dengan produksi terbesar di Indonesia.

Saat ini, progres pengembangan proyek tersebut telah mencapai 33%. Sesuai jadwal, Proyek Emas Pani direncanakan akan memasuki tahap uji coba pada tahun 2025, dengan target produksi emas perdana yang dijadwalkan dapat terealisasi pada tahun 2026 mendatang.

5. Target Produksi yang Ambisius di Semua Lini

Untuk tahun 2025, MDKA telah menetapkan target produksi yang solid untuk emas dan tembaga. Produksi dari TB Gold diproyeksikan berada di kisaran 100–110 ribu oz dengan cash cost yang kompetitif. Sementara itu, produksi tembaga dari Tambang Wetar ditargetkan mencapai 11-13 ribu ton per tahun.

Di segmen nikel, perusahaan akan fokus memaksimalkan margin melalui produksi NPI dengan target ambisius sebesar 80–87 ribu ton per tahun. Target ini dibarengi dengan komitmen untuk menjaga cash cost tetap terkendali, yakni di bawah level US$11 ribu per ton.

6. Struktur Pendapatan Seimbang dan Dukungan Transisi Energi

Strategi MDKA yang berfokus pada diversifikasi komoditas, mencakup emas, nikel, dan tembaga, memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap fluktuasi harga. Hal ini dinilai mampu menciptakan struktur pendapatan perusahaan yang jauh lebih seimbang dan tidak bergantung pada satu komoditas saja.

Lebih dari itu, strategi ini juga memperkuat posisi strategis MDKA dalam mendukung agenda transisi energi global. Kehadiran MDKA di segmen nikel, yang merupakan komponen vital untuk baterai kendaraan listrik, menempatkannya sebagai pemain penting dalam rantai pasok industri masa depan.

7. Valuasi Menarik dengan Prospek Jangka Panjang

Berdasarkan valuasi sum of the parts (SOTP), Phintraco Sekuritas memperkirakan harga wajar (fair value) saham MDKA berada di level Rp 2.510. Prospek positif ini didorong oleh optimalisasi operasional serta kontribusi dari proyek-proyek masa depan seperti Pani Gold dan Proyek Tujuh Bukit Tembaga.

Meskipun demikian, investor diimbau untuk tetap memperhatikan sejumlah risiko yang melekat. Risiko-risiko tersebut antara lain adalah potensi fluktuasi harga nikel di pasar global, kemungkinan adanya keterlambatan dalam ekspansi proyek, serta potensi kenaikan suku bunga pinjaman.