pexels-loren-castillo-9213868 (1).jpg
Tren Leisure

5 Penyebab Berat Badan Susah Turun Meski Sudah Diet

  • Banyak orang mengira bahwa dengan mengurangi makan atau mengikuti tren diet tertentu, berat badan akan langsung turun secara signifikan.

Tren Leisure

Debrinata Rizky

JAKARTA – Banyak orang mengira bahwa dengan mengurangi makan atau mengikuti tren diet tertentu, berat badan akan langsung turun secara signifikan. Namun kenyataannya, tidak sedikit yang sudah berdiet mati-matian, bahkan rajin berolahraga, tapi berat badan tetap tidak bergerak turun. Dalam banyak kasus, justru timbangan malah naik tanpa sebab yang jelas.

Fenomena ini ternyata tidak hanya soal defisit kalori. Sejumlah faktor internal dan eksternal bisa menghambat penurunan berat badan, bahkan membuat tubuh mempertahankan lemak sebagai cadangan energi.

Berikut ini lima penyebab utama mengapa berat badan sulit turun meskipun Anda merasa sudah menjalani gaya hidup sehat:

1. Kurang Tidur dan Kualitas Istirahat yang Buruk

Tidur adalah bagian penting dari proses regenerasi tubuh. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology dan Metabolism, tidur kurang dari enam jam per malam dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon ghrelin dan leptin—dua hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang.

Ketika seseorang kurang tidur, tubuh akan merespons dengan meningkatkan rasa lapar dan mengurangi kemampuan tubuh untuk membakar lemak. Selain itu, kurang tidur juga membuat seseorang cenderung memilih makanan tinggi gula dan lemak sebagai kompensasi energi instan.

2. Tingkat Stres yang Tinggi

Stres kronis dapat menjadi “musuh dalam selimut” bagi program diet. Ketika tubuh berada dalam kondisi stres, hormon kortisol akan meningkat drastis. Kortisol tidak hanya menyebabkan peningkatan nafsu makan, tetapi juga memicu penumpukan lemak, terutama di area perut.

Lebih jauh lagi, orang yang stres cenderung melakukan emotional eating, yaitu makan bukan karena lapar tetapi untuk mengatasi tekanan emosi. Jika tidak dikendalikan, hal ini bisa menggagalkan seluruh usaha diet yang telah dilakukan.

3. Pola Makan Tidak Seimbang dan Tidak Teratur

Banyak orang berpikir bahwa mengurangi jumlah makanan secara drastis adalah jalan pintas menuju berat badan ideal. Padahal, membatasi kalori terlalu ekstrem justru bisa berdampak sebaliknya. Tubuh akan mengaktifkan mode bertahan hidup dan memperlambat metabolisme, serta menyimpan lebih banyak lemak sebagai cadangan energi.

Selain itu, diet tanpa memperhatikan keseimbangan gizi (karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral) bisa menyebabkan defisiensi nutrisi penting yang menghambat proses pembakaran lemak.

4. Faktor Medis atau Ketidakseimbangan Hormon

Beberapa kondisi medis dapat menghambat usaha penurunan berat badan, di antaranya Hipotiroidisme: Kondisi di mana kelenjar tiroid tidak cukup aktif sehingga memperlambat metabolisme tubuh.

Kedua Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Kondisi hormonal yang memengaruhi wanita usia subur dan kerap disertai dengan resistensi insulin.

Ketiga Resistensi Insulin: Tubuh tidak merespons insulin dengan baik, sehingga gula darah sulit dikendalikan dan cenderung disimpan sebagai lemak. Dalam kasus-kasus seperti ini, diet dan olahraga saja tidak cukup. Penanganan medis dan evaluasi oleh dokter diperlukan untuk mengelola kondisi-kondisi tersebut secara menyeluruh.

5. Kurangnya Konsistensi Aktivitas Fisik

Olahraga harus dilakukan secara konsisten dan terukur. Melakukan aktivitas fisik hanya satu atau dua kali seminggu tanpa pola yang jelas sering kali tidak cukup untuk membakar kalori berlebih, terutama jika pola hidup sehari-hari tetap sedentari (minim gerak).

Aktivitas sederhana seperti jalan kaki minimal 7.000 langkah per hari, naik tangga, hingga berdiri secara berkala jika bekerja di depan layar komputer, dapat membantu menjaga metabolisme tubuh tetap aktif.