
5 Fakta di Balik Debut Fenomenal Saham CDIA Milik Prajogo Pangestu
- Debut saham CDIA milik Prajogo Pangestu langsung ARA. Yang menarik antrean beli tembus 120 juta lot atau setara Rp3 triliun. Benarkah ini baru permulaan? Simak prediksi analis soal potensi ARA 3-5 kali dan faktor jimat di baliknya.
Tren Pasar
JAKARTA – Emiten Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 9 Juli 2025. Sesuai prediksi sejumlah analis, emiten investasi infrastruktur ini langsung mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) di hari perdananya melantai.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia hingga pukul 10.02 WIB, saham dengan kode CDIA ini langsung bertengger di level Rp256 per saham. Harga tersebut mencerminkan kenaikan 34,74% dari harga penawaran umum di level Rp190 per saham.
Lonjakan harga saham CDIA ini memicu pertanyaan krusial: apakah ini euforia sesaat karena nama besar pemiliknya, atau cerminan fundamental yang kuat? Oleh karena itu, berikut adalah 5 fakta menarik di balik IPO emiten milik orang terkaya di Indonesia ini.
1. Antrean Beli Tembus Rp3 Triliun, Dipicu "Efek Prajogo Pangestu"
Rekam jejak sukses Prajogo Pangestu pada saham CUAN dan BREN tampak memicu efek herding behavior yang kuat. Nama besar sang pemilik menjadi magnet luar biasa yang menarik minat masif dari para investor di pasar modal tanah air.
Hal ini terbukti dari antrean beli yang mengular hingga 120 juta lot di harga ARA. Nilai total permintaan fantastis tersebut diperkirakan menembus angka Rp3,07 triliun, menunjukkan kekuatan beli yang sangat besar dari pasar saat ini.
2. Rekor Oversubscribed dengan Ratusan Ribu Investor
Sejatinya, minat investor terhadap saham ini juga sudah terlihat sejak masa penawaran, dengan total pemesan mencapai 400.126 investor. Angka ini menunjukkan partisipasi yang sangat luas dari berbagai kalangan investor yang ikut serta dalam IPO CDIA kali ini.
Sementara itu, tingkat kelebihan permintaan (oversubscribed) juga mencetak rekor. Untuk porsi ritel mencapai 563,64 kali, sementara untuk penjatahan pasti (fixed allotment) yang menyasar investor institusional tercatat hingga 15,06 kali.
3. Raih Dana Segar Rp2,37 Triliun
Tujuan utama IPO ini adalah untuk mendanai rencana ekspansi bisnis perusahaan ke depan. Dari aksi korporasi ini, CDIA berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp2,37 triliun dari pelepasan 25% total sahamnya kepada investor publik.
Presiden Direktur CDIA, Fransiskus Ruly Aryawan, menegaskan pentingnya momen ini bagi perseroan. “Pencatatan saham perdana hari ini menjadi momen penting bagi CDI Group dalam membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujarnya di Bursa Efek Indonesia.
Mengutip prospektus perseroan dalam e-IPO.co.id, CDIA berencana menggunakan dana hasil IPO di antaranya sekitar Rp871,75 miliar sebagai modal kerja ke anak usaha di pilar bisnis logistik. Adapun sekitar Rp1,48 triliun untuk anak usaha di pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan.
4. Perdebatan Valuasi Analis
Di balik kesuksesan debutnya, IPO CDIA ini ternyata menciptakan perdebatan unik di kalangan analis. Para pakar pasar modal terbelah dua dalam memandang valuasi saham emiten infrastruktur baru milik Prajogo Pangestu tersebut.
Analis KB Valbury Sekuritas menilai valuasinya tergolong tinggi. Dengan rasio PE 48 kali, ia menyebut harga ini, “Premium dibandingkan dengan perusahaan sejenis di industrinya.” Hal ini menunjukkan adanya pandangan bahwa harganya sudah cukup mahal.
Namun, UOB Kay Hian Sekuritas justru punya pandangan sebaliknya dan menyebutnya murah. Mereka membandingkannya dengan rata-rata PE industri yang sangat tinggi, yakni di level 99,5 kali, sehingga valuasi CDIA terlihat menarik.
5. Faktor Jimat dan Prediksi ARA Berjilid-jilid
Selain perdebatan valuasi, ada 'faktor jimat' atau non-teknis lain yang turut memicu optimisme pasar. Faktor-faktor ini menjadi katalis pendorong di luar data fundamental keuangan perusahaan yang disajikan di dalam prospektus resminya.
Salah satu faktor utamanya adalah efek dari sang penjamin emisi atau underwriter. CDIA dikawal oleh Henan Putihrai Sekuritas, yang merupakan underwriter di balik kesuksesan fenomenal saham RATU pada awal tahun 2025 lalu.
Sementara itu, analis Infovesta Kapital, Ekky Topan, bahkan memberikan estimasi yang sangat berani. “Estimasinya minimal bisa ARA sebanyak 3-5 kali,” jelasnya. Prediksi ini didasarkan pada market cap CDIA yang dianggapnya relatif kecil untuk ukuran perusahaan grup Prajogo.
Berdasarkan jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 12.482.937.500 lembar, kapitalisasi pasar CDIA saat IPO dengan harga Rp190 adalah sekitar Rp2,37 triliun. Namun, setelah harganya melonjak ke level ARA di Rp256, market cap perusahaan langsung melambung menjadi sekitar Rp3,19 triliun.