
12 Negara Diultimatum Trump karena Lambat Nego Tarif Ekspor
- Donald Trump kirim surat berisi ultimatum tarif ekspor ke 12–15 negara. Jika tak ada kesepakatan hingga 1 Agustus, bea bisa naik hingga 70%.
Tren Global
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengonfirmasi pihaknya telah menandatangani dan akan mengirimkan surat kepada sekitar 12 hingga 15 negara yang berisi tawaran tegas terkait kebijakan tarif ekspor ke AS.
Surat-surat ini, yang berisi pilihan "terima atau tinggalkan", merupakan bagian dari strategi tekanan tinggi Trump untuk mempercepat negosiasi dagang yang menurutnya berjalan lambat.
"Dengan senang hati saya umumkan bahwa surat tarif Amerika Serikat, dan atau kesepakatan dengan berbagai negara di seluruh dunia akan dikirimkan mulai pukul 12:00 PM (Waktu Bagian Timur), Senin, 7 Juli. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!" tulis Trump dalam laman media sosialnya, dikutip Senin, 7 Juli 2025.
Surat-surat tarif tersebut mulai dikirim pada Senin, 7 Juli 2025 pukul 12.00 siang waktu setempat. Beberapa negara akan menerima dokumen tersebut pada Selasa atau Rabu, tergantung kesiapan logistik dan isi surat yang berbeda-beda. Menurut Trump, sebagian negara sudah mencapai tahap akhir kesepakatan sehingga akan menerima perjanjian final, bukan sekadar surat tawaran.
"Saya menandatangani beberapa surat dan surat-surat itu akan dikirim pada hari Senin, mungkin dua belas, beda jumlah uangnya, beda jumlah tarifnya," ujar Trump kepada awak media di pesawat kepresidenan Air Force One.
Sebagai pengingat, AS telah mengumumkan tarif dasar sebesar 10% pada April lalu dengan rencana kenaikan hingga 50% terhadap beberapa negara. Namun, tarif di atas 10% sempat ditangguhkan selama 90 hari, masa penangguhan tersebut rencananya akan berakhir pada 9 Juli. Trump menetapkan bahwa jika tidak ada kesepakatan sebelum 1 Agustus 2025, maka tarif akan kembali diberlakukan secara penuh, bahkan dapat naik hingga 70%.
Kekecewaan Donald Trump dan Tekanan Maksimal
Trump mengaku kecewa dengan lambatnya proses negosiasi, terutama dengan negara-negara seperti Jepang dan Uni Eropa. Ia menyebut bahwa mengirim surat lebih efisien dibandingkan harus melalui proses negosiasi yang seringkali memakan waktu bertahun-tahun. Gedung Putih pun mengakui bahwa menyelesaikan banyak perjanjian dalam waktu singkat adalah tantangan besar.
"Surat-suratnya lebih baik, jauh lebih mudah untuk mengirim surat," tambah Trump.
Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan bahwa beberapa negara saat ini sudah dalam tahap akhir negosiasi. Ia juga menyebut ancaman pemberlakuan tarif tinggi memberikan "leverage maksimum" bagi AS dalam mendapatkan hasil yang diinginkan.
Sejumlah negara menunjukkan perkembangan berbeda dalam negosiasi tarif dengan Amerika Serikat. Inggris telah mencapai kesepakatan pada Mei lalu dan tetap dikenakan tarif dasar sebesar 10%, namun memperoleh perlakuan khusus di sektor otomotif dan mesin pesawat.
Sementara itu, Vietnam berhasil menurunkan tarif dari 46% menjadi 20%, serta mendapat pembebasan bea masuk untuk berbagai produk asal Amerika Serikat. Di sisi lain, India dan Uni Eropa belum berhasil mencapai kesepakatan, Uni Eropa bahkan masih mempertimbangkan opsi untuk mempertahankan status quo.
Adapun Indonesia, saat ini masih berada dalam tahap negosiasi dan belum diumumkan apakah akan menerima surat tarif atau telah menjalin kesepakatan. Pemerintah Indonesia disebut tengah mengupayakan pendekatan diplomatik guna menghindari kenaikan tarif yang signifikan.
Howard Lutnick, Menteri Perdagangan AS, menegaskan bahwa tarif baru akan berlaku secara resmi mulai 1 Agustus 2025. Namun, besarannya masih bisa disesuaikan berdasarkan hasil negosiasi yang berlangsung selama beberapa pekan ke depan.
Meskipun muncul kekhawatiran soal kemungkinan penundaan, pemerintah menyatakan bahwa padatnya agenda negosiasi menjelang tenggat waktu bukan berarti keterlambatan, melainkan bagian dari dinamika akhir proses diplomatik yang intens.